Cobisnis.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Industri Keuangan Syariah Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat mengesankan, tetapi kondisi tersebut tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.
Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pertumbuhan industri keuangan syariah tumbuh pesat selama tiga dasawarsa atau sejak berdirinya Bank Syariah pada 1992. Namun tantangan yang dihadapi dari segi SDM cukup berat karena industri ini diprediksi akan terus berkembang dan membesar.
Kualitas SDM, kata Sri Mulyani, sangat erat kaitannya dengan daya saing yang dimiliki.
“Kinerja perbankan syariah justru stabil dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional di tengah pandemi,” kata Sri Mulyani dilansir Program Market Review, Senin (4 Januari 2021).
Sri Mulyani menuturkan bahwa masih ada harapan menggenjot kualitas SDM untuk bisa bersaing di industri keuangan syariah, terutama dalam mengkampanyekan, memberikan edukasi, serta sosialisasi kepada masyarakat untuk perkembangan ekonomi syariah agar bisa menjadi instrumen dan serta sebagai solusi keluar dari resesi ekonomi.
Perlu adanya kontribusi kampus terus melakukan advokasi agar kebijakan-kebijakan turunan dan lanjutan dapat direalisasikan dengan baik.
“Penguatan ekonomi dan syariah ini akan berdampak kepada penguatan ekonomi nasional. Dari sisi proyeksi InsyaAllah ekonomi syariah kita optimis 2021 akan tumbuh positif,” jelasnya.
Sementara itu, Ekonom Syariah IPB, Irfat Syauqi Beik, sepakat mengatakan ekonomi syariah akan terus bertumbuh positif.
“Perkembangan Ekonomi Syariah Alhamdulillah sejauh ini menunjukkan kinerja yang baik dilihat dari sektor keuangan syariah. Yang lebih spesifik lagi perbankan syariah lebih baik dari bank konvensional. Kalo dilihat dari Institusi Ekonomi Syariah masih akan tetap mengalami pertumbuhan positif,” ujar Syauqi.
Setiap tahun terdapat 40,000 lulusan dari Pendidikan Ekonomi dan Keuangan Syariah. Jumlah tersebut tentu sangat besar, tetapi kuantitas tersebut juga menimbulkan masalah penyebab adanya ketidaksamaan antara kebutuhan pasar dengan SDM yang dihasilkan.
“Indonesia lebih banyak menjadi konsumen dibanding menjadi produsen. Sehingga kita harus menyeimbangkan harus meningkatkan sisi supply. Namun tidak bisa berjalan dengan optimal jadi harus memperkuat sisi supply maupun SDM yang berkualitas dan mumpuni,” jelas Syauqi.