JAKARTA, COBISNIS.COM – Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) menilai prospek industri kakao nasional tetap cerah meski harga komoditas agrikultural, termasuk kakao, mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, harga kakao untuk pengiriman Desember 2024 di ICE Futures berada di level US$ 7.069 per ton pada Jumat, 4 Oktober 2024, mengalami kenaikan 2,72% dalam sebulan terakhir dari harga sebelumnya US$ 6.882 per ton.
Meski demikian, harga kakao telah menurun signifikan dari puncaknya pada April 2024 yang mencapai US$ 12.238 per ton. Pada awal Oktober 2024, harga kakao kembali ke zona US$ 7.000 per ton, yang menunjukkan tren penurunan dalam beberapa bulan terakhir.
Ketua Umum Dekaindo, Soetanto Abdullah, menyampaikan bahwa kondisi cuaca di Afrika Barat sebagai salah satu penghasil kakao dunia cukup kondusif, yang menyebabkan peningkatan produksi kakao di kawasan tersebut. Akibatnya, stok kakao di negara-negara penghasil meningkat, sehingga menekan harga komoditas ini di pasar global.
Soetanto juga menyebutkan, harga harian di Organisasi Kakao Internasional (ICCO) pada awal Oktober 2024 berada di kisaran US$ 6.153,53 per ton. Dengan acuan kurs Rp 15.452,90 per dolar AS, harga kakao di pasar domestik mencapai sekitar Rp 95.000 per kilogram, yang masih dianggap menarik bagi para petani kakao di Indonesia.
Dekaindo menilai harga tersebut tetap kompetitif dan realistis bagi industri pengolahan kakao nasional. Hal ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan produksi biji kakao oleh petani serta meningkatkan ekspor produk olahan kakao ke pasar internasional.
Industri pengguna kakao, menurut Soetanto, juga lebih mudah mengalokasikan pembelian bahan baku ketika harga komoditas ini sedang turun. Banyak pelaku industri yang sebelumnya menunda pembelian biji kakao kini mulai kembali membeli untuk menambah stok bahan baku produksi.
Dekaindo memperkirakan harga kakao akan stabil di kisaran US$ 6.000 hingga US$ 7.000 per ton hingga akhir tahun 2024. Produksi biji kakao dalam negeri juga diproyeksikan sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hasil dari intensifikasi perawatan kebun oleh para petani.
Meskipun produksi kakao domestik meningkat, Soetanto menyatakan bahwa produksi tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan industri kakao nasional. Oleh karena itu, impor biji kakao dari luar negeri tetap diperlukan untuk menutupi kekurangan pasokan.
Namun, Dekaindo memperkirakan bahwa impor biji kakao pada tahun 2024 akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023, seiring dengan peningkatan produksi dalam negeri.