Cobisnis.com – Setelah alami penurunan laba di kuartal ketiga, H&M berencana menutup ratusan toko tahun depan karena krisis akibat pandemi Covid-19 yang mendorong lebih banyak pembeli online. Perusahaan raksasa ritel pakaian asal Swedia ini berencana menutup sekitar 250 toko di seluruh dunia.
Pengecer pakaian terbesar kedua di dunia itu mengatakan, sekitar seperempat dari 5.000 tokonya akan dinegosiasikan ulang atau keluar dari sewa pada 2021, dan akan menutup sebagian di antaranya. Meskipun penjualan mulai pulih pada September, namun masih rendah jika dibandingkan dengan bulan yang sama di 2019.
“Meskipun tantangan masih jauh dari selesai, kami percaya bahwa yang terburuk telah berlalu dan kami berada di posisi yang tepat untuk keluar dari krisis dengan lebih kuat,” ungkap CEO H&M, Helena Helmersson seperti dilansir Reuters, Kamis (1/9/2020).
Penjualan H&M pada kuartal III 2020 diketahui mengalami penurunan hingga 16 persen dari tahun sebelumnya, menjadi 50,8 miliar krona Swedia (Rp84,1 triliun). Sedangkan laba turun menjadi 1,8 miliar krona Swedia dari 3,8 miliar tahun sebelumnya. Itu karena 900 tokonya telah ditutup sejak awal 2020 hingga akhir Agustus, karena berbagai negara memberlakukan lockdown selama pandemi Covid-19.
“Secara keseluruhan, Q3 adalah kuartal yang lebih baik dari yang diharapkan dan kami pikir H&M terus mengelola dengan baik apa yang dapat mereka pengaruhi secara langsung,” kata analis di JPM dalam sebuah catatan.
Dilanjutkan analis di JPM, “Menurut kami pasar masih belum sepenuhnya mengapresiasi peningkatan kualitas model bisnis dan infrastruktur H&M. Kami justru berpikir bahwa rangkaian hasil ini adalah bukti lebih lanjut bahwa perputaran H&M masih sangat baik di jalurnya,” jelasnya.
H&M mengatakan penjualan September turun 5% tahun ke tahun dalam mata uang lokal setelah turun 19% dalam tiga bulan hingga Agustus.