JAKARTA, Cobisnis.com – Bank Indonesia (BI) menyampaikan terdapat beberapa faktor yang akan mendukung penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, ada beberapa faktor yang akan mendukung penguatan nilai tukar rupiah yaitu yang pertama imbal hasil yield differential.
Kedua, lanjut Perry, premi risiko yang turun.
“Permi risiko yang turun terlihat dari Credit Default Swap (CDS) kredit 5 tahun per 7 Mei 2024 turun menjadi 69,9 sebelumnya diatas 70 indeksnya. CDS yang turun menunjukan premi risiko yang turun,” jelasnya dalam media briefing perkembangan ekonomi terkini, Rabu, 8 Mei.
Perry menyampaikan faktor ketiga yang akan menguatkan nilai tukar rupiah yaitu prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik dan faktor yang terakhir yaitu dari upaya Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Faktor tersebut akan mendukung penguatan nilai tukar rupiah, dan mestinya nilai tukar diupayakan turun dibawah Rp16.000,” ucapnya.
Lebih lanjut, Perry juga menyampaikan faktor lainnya yang akan mendorong rupiah dibawah Rp16.000 per dolar AS yaitu kembalinya masuk aliran modal asing ke pasar domestik.
Adapun aliran modal asing yang kembali masuk atau capital inflow pada keuangan domestik hingga pekan kedua Mei 2024 sebesar Rp22,84 triliun.
Perry menyampaikan, terdapat aliran modal asing yang kembali masuk ke dalam negeri setelah suku bunga acuan atau BI-Rate naik pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2024 lalu.
Menurut Perry, masuknya aliran modal asing tersebut juga membuktikana pasar investor dalam negeri dan luar negeri menyambut positif dengan keputusan kenaikan BI-Rate dan kenaikan SRBI.
“Ini menunjukkan bahwa keputusan kita menaikan BI-Rate dan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) meningkatkan confident pasar sehingga menarik aliran modal portofolio,” ucapnya dalam media briefing perkembangan ekonomi terkini, Rabu 8 Mei.
Dia memerinci, aliran modal asing yang masuk di SRBI hingga minggu kedua bulan Mei 2024 mencapai Rp19,77 triliun, terdiri dari minggu pertama sebesar Rp16,19 triliun dan pada pekan kedua Mei 2024 Rp3,58 triliun.
Selanjutnya aliran masuk juga terjadi pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp8,1 triliun dengan rincian pada pekan pertama Mei 2024 sebesar Rp5,74 triliun dan Rp2,36 triliun pada pekan kedua Mei 2024.
Perry menyampaikan terdapat aliran modal asing yang keluar atau capital outflow pada saham.
“Kalau saham minggu pertama dan kedua masih terjadi outflow Rp 5,03 triliun, sehingga total portfolio inflow minggu pertama dan kedua Mei 2024 jumlahnya Rp 22,84 triliun,” jelasnya.
Namun, Perry meyakini, kondisi saham kedepan akan lebih baik, berkaitan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang lebih moderat ke depannya.
Selain itu, Perry menyampaikan aliran modal asing portfolio akan ditentukan oleh tiga hal pada cover interest rate parity (CIRP) yaitu yield differential, risk premium (premi risiko), dan prospek ekonomi.
“Dengan menaikkan BI-Rate dan SRBI, yield differential kita menjadi lebih menarik, dan itu mendorong aliran modal asing masuk,” ujar Perry.