JAKARTA,Cobisnis.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa inflasi Indonesia menjadi salah satu yang paling rendah di dunia. Menurut dia, level inflasi yang dibukukan RI jauh lebih landai dibandingkan dengan dengan sejumlah negara G20.
“Termasuk lebih rendah dari Argentina, Turki, bahkan India, Uni Eropa dan Amerika,” ujarnya dalam konferensi pers usai Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2023 di Istana Merdeka Jakarta, Kamis, 31 Agustus.
Perry menjelaskan prestasi diraih Indonesia berkat penerapan strategi kebijakan yang tepat, seperti sinergi yang erat antara pemerintah pusat dengan daerah dan juga Bank Indonesia.
“Di negara lain kalau inflasi obatnya cuma satu, yaitu suku bunga bank sentral dinaikan terus. Kalau di Indonesia, dilakukan sinergi yang sangat kuat,” tuturnya.
Khusus di BI, Perry menjelaskan jika langkah yang ditempuh cukup beragam, mulai dari suku bunga, stabilitas nilai tukar, dan pengelolaan dari sisi moneter.
“Di pemerintah ada juga kebijakan fiskal, termasuk pemberian subsidi. Kita juga berkoordinasi dalam Tim pengendali Inflasi Pusat/Daerah (TPIP/TPID) yang diketuai oleh Pak Menko Perekonomian. Serta setiap Senin Pak Mendagri mengecek (perkembangan inflasi),” katanya.
“Ini menjadi ciri khas Indonesia, dan menjadikan Indonesia sebagai yang terbaik di dunia dalam mengendalikan inflasi. Karena tadi, koordinasi yang erat antara kebijakan moneter Bank Indonesia, kebijakan fiskal pemerintah, dan juga ada Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan,” tegas dia.
Atas dasar itu Perry optimistis inflasi akan tetap berada di sasaran 3 persen plus minus 1 persen tahun ini dan 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024. Adapun, angka inflasi Juli 2023 tercatat sebesar 3,08 persen year on year (yoy).
Dalam kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut seluruh negara kini tengah fokus pada dua hal, yakni inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
“Inflasi Indonesia di bulan Juli jauh lebih baik dari India yang sebesar 7,44 persen, Inggris 6,9 persen, Jerman 6,1 persen, Italia 5,9 persen, dan Uni Eropa 5,3 persen,” ucap Airlangga.