JAKARTA, Cobisnis.com – Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat memecat sejumlah agen yang pada 2020 lalu difoto sedang berlutut di jalan untuk meredakan ketegangan saat aksi protes keadilan rasial di Washington, pasca tewasnya George Floyd di tangan polisi Minneapolis. Hal ini disampaikan oleh tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut pada Jumat (26/9).
Pemecatan ini dilakukan di tengah gelombang pemberhentian dalam tubuh FBI sejak Kash Patel, loyalis Presiden Donald Trump, dikonfirmasi Senat AS yang dikuasai Partai Republik pada Februari lalu sebagai pimpinan FBI.
Jumlah pasti agen yang dipecat tidak diumumkan, namun menurut sumber Reuters, jumlahnya berkisar 15 hingga 22 orang, sebagian di antaranya merupakan agen yang viral difoto berlutut.
Asosiasi Agen FBI (FBI Agents Association) mengecam keras langkah ini dan menyebutnya sebagai “pemecatan yang tidak sah terhadap lebih dari selusin agen khusus FBI”, meski tidak menjelaskan secara rinci penyebabnya.
Para agen tersebut sebelumnya dikritik keras oleh komentator sayap kanan karena dianggap mendukung gerakan Black Lives Matter. Namun, menurut sumber, mereka berlutut bukan untuk menunjukkan simpati politik, melainkan sebagai strategi untuk meredakan ketegangan antara demonstran dan aparat.
Dalam protes 2020 itu, aparat juga menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa di dekat Gedung Putih, sebelum Trump berjalan melintasi Lafayette Square menuju gereja dan berpose sambil membawa Alkitab.
Awal bulan ini, mantan penjabat Direktur FBI Brian Driscoll bersama dua pejabat senior lainnya yang dipecat pada Agustus lalu mengajukan gugatan hukum terhadap pemerintahan Trump. Mereka menuduh pemecatan itu bagian dari “kampanye balas dendam” terhadap pejabat yang dianggap tidak cukup loyal.
Dalam gugatan itu, Patel disebut mengatakan bahwa ia diperintahkan untuk memecat siapa pun yang pernah terlibat dalam penyelidikan kriminal terhadap Trump.













