Cobisnis.com – Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat (AS), Muhammad Lutfi, mendorong perdagangan di bidang jasa dan produk digital ditingkatkan dalam kerangka kerjasama ekonomi bilateral Indonesia dan AS, terlebih di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
Potensi sektor jasa dan digital luar biasa besar dan diharapkan menjadi salah satu primadona perdagangan kedua negara, melengkapi sektor-sektor lain yang sudah berkembang dengan baik.
Hal ini diungkapkan Dubes Lutfi saat memberikan paparan di depan ratusan pelaku pebisnis dan investor AS dan Indonesia yang menghadiri the 8 Annual US-Indonesia Investment Summit yang digelar oleh US Chamber of Commerce.
Dalam acara yang dipandu langsung oleh Charles Freeman, Senior Vice President urusan Asia dari US Chamber of Commerce tersebut, Dubes Lutfi juga memaparkan tentang Omnibus Law yang membawa perbaikan iklim investasi dan aktivitas perekonomian nasional di Tanah Air.
Omnibus Law, kata dia, sangat dibutuhkan untuk lebih meningkatkan kepercayaan investor asing, termasuk dari AS untuk berinvestasi ke Indonesia karena adanya kebijakan yang lebih transparan dan tidak tumpang tindih.
“Investasi asing sangat krusial bukan hanya untuk membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia, namun juga untuk mendorong transfer teknologi”, ujar Dubes Lutfi dalam siaran pers, Jumat (11 Desember 2020).
Dubes Lutfi juga mempromosikan Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia.
“Sovereign Wealth Fund bagus untuk Indonesia dan juga untuk AS. SWF akan mendorong transparansi dalam konteks tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan pengelolaan infrastruktur di kawasan,” jelasnya.
Bagi Indonesia, inovasi, perbaikan sistem pendidikan dan kesehatan, serta transfer teknologi menjadi kunci dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Sejak dilantik Presiden RI (Joko Widodo) pada September 2020, Dubes Lutfi telah langsung menggerakkan diplomasi Indonesia di AS, di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional di masa Pandemi Covid-19.
Capaian diplomasi RI-AS dalam tiga bulan terakhir antara lain berupa perpanjangan pemberian fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia.
Indonesia dan AS juga telah menandatangani Nota Kesepahaman mengenai pendanaan infrastruktur dan perdagangan senilai US$ 750 juta dengan Bank Exim AS.
Eratnya diplomasi kedua negara juga semakin terasa dengan adanya saling kunjung pejabat tinggi pemerintah kedua negara, seperti Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Menteri Pertahanan RI, Menteri Luar Negeri AS, Acting Menhan AS, dan CEO US International Development Finance Corporation.
Acara ‘The 8th Annual US-Indonesia Investment Summit: Partners in Recovery’ ini digagas oleh American Chamber of Commerce Indonesia dan US Chamber of Commerce.