Sebagai perbandingan, kerugian yang dicatat pada tahun 2022 mencapai Rp77,45 miliar, dan meningkat pada tahun 2023 menjadi Rp418,21 miliar. Pada tahun 2020 dan 2021, KFC Indonesia juga mengalami kerugian besar masing-masing sebesar Rp300,61 miliar dan Rp377,18 miliar.
Kepemilikan Saham KFC Indonesia
Berdasarkan Annual Report FAST 2023, mayoritas saham FAST dimiliki oleh PT Gelael Pratama, yang merupakan perusahaan milik Keluarga Gelael, dengan porsi sebesar 39,84 persen. Selain itu, pemegang saham besar lainnya adalah PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), yang terafiliasi dengan Grup Salim melalui Anthoni Salim, dengan kepemilikan sebesar 35,84 persen.
Sisa saham sebesar 7,9 persen dimiliki oleh masyarakat. Baik Grup Salim maupun Keluarga Gelael menempatkan perwakilan mereka dalam struktur direksi dan komisaris FAST, dengan Ricardo Gelael sebagai Direktur Utama dan Fabian Gelael sebagai direktur lainnya, serta Anthoni Salim menjabat sebagai Komisaris Utama.
Sejarah KFC di Indonesia
Sejarah KFC di Indonesia dimulai pada 1978 ketika Dick Gelael memperoleh lisensi eksklusif merek KFC untuk diperkenalkan di Indonesia. Pada 1979, gerai KFC pertama dibuka di Jalan Melawai, Jakarta Selatan, dan produk ayam goreng KFC mendapat sambutan positif dari masyarakat.
Setelah itu, ekspansi terus berlanjut ke berbagai kota besar seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Manado. Grup Salim bergabung pada tahun 1990 dengan membeli sebagian saham FAST, dan pada tahun 1993, perusahaan tersebut resmi melantai di bursa.
FAST terus memperluas jaringan gerai KFC di seluruh Indonesia dan berkontribusi dalam membentuk gaya hidup masyarakat yang menyukai menu ayam goreng tepung. Hingga kini, KFC telah menjadi bagian dari kebiasaan kuliner Indonesia yang akrab di berbagai kalangan.