JAKARTA, Cobisnis.com – Pemandangan memilukan datang dari Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Setiap hari, para guru dan siswa SD Negeri 240 Desa Bobo harus bertaruh nyawa menyeberangi Sungai Gosora dan Sungai Peda hanya untuk bisa sampai ke sekolah.
Sungai yang jadi satu-satunya akses menuju sekolah itu sering meluap saat hujan. Arusnya deras, dan tidak ada jembatan penghubung yang aman dilalui. Namun, semangat anak-anak untuk belajar tak pernah surut meski bahaya selalu mengintai di depan mata.
Dalam video yang sempat beredar di media sosial, terlihat beberapa siswa dan guru berjalan hati-hati sambil memegang tali seadanya di tengah derasnya air. Sebagian bahkan harus mengangkat tas di atas kepala agar buku mereka tak basah.
Setiap pagi, perjalanan ke sekolah berubah jadi perjuangan hidup. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk menyeberangi dua sungai itu. Saat musim hujan, perjalanan bisa lebih lama karena mereka harus menunggu air agak surut.
Kondisi ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Warga Desa Bobo mengaku sudah beberapa kali mengajukan permohonan pembangunan jembatan ke pemerintah daerah, tapi belum juga mendapat respon nyata.
Para guru di SD Negeri 240 mengaku cemas setiap kali melihat anak-anak menyeberang. “Kadang air tinggi banget, tapi anak-anak tetap datang. Kami cuma bisa bantu sebisanya,” kata salah satu guru yang tak mau disebut namanya.
Meski penuh risiko, semangat belajar para siswa itu jadi cermin betapa besarnya tekad anak-anak di pelosok negeri untuk meraih masa depan yang lebih baik. Mereka sadar pendidikan adalah jalan keluar dari keterbatasan.
Banyak warganet yang tergerak setelah melihat video perjuangan tersebut. Sejumlah aktivis pendidikan mulai menyerukan agar pemerintah pusat maupun daerah segera turun tangan membangun jembatan permanen di wilayah itu.
Selain soal keselamatan, akses pendidikan di wilayah terpencil seperti Pulau Obi juga jadi sorotan karena masih minim fasilitas. Sekolah di sana hanya memiliki beberapa ruang kelas sederhana dengan perlengkapan terbatas.
Pemerintah diharapkan tak tutup mata. Di tengah gencarnya wacana pemerataan pendidikan, perjuangan anak-anak di Pulau Obi seharusnya jadi alarm keras bahwa masih banyak wilayah di Indonesia yang berjuang sendirian untuk sekadar bersekolah.









