JAKARTA, Cobisnis.com – Kepala Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) Indonesia Edo Mahendra memberikan bocoran besaran dana yang dibutuhkan Indonesia untuk menghijaukan sistem pembangkit ketenagalistrikan.
Edo menyebut, Indonesia membutuhkan setidaknya 97,3 miliar dolar AS untuk menghijaukan sistem ketenagalistrikan on grid di tanah air mulai 2023 hingga 2030.
Asal tahu saja, on grid adalah sistem tenaga listrik yang terhubung dengan jaringan listrik utama atau grid. Melalui sistem ini, aliran listrik dapat berjalan dua arah antara pengguna daya seperti rumah atau bisnis dengan jaringan listrik umum.
“Kami memperkirakan jumlah dana yang dibutuhkan setidaknya mencapai 97,3 miliar dolar AS yang mana itu merupakan lima kali lipat jumlah pendanaan yang dimaksud,” ujar Edo dalam sambutannya pada peluncuran rencana kebijakan dan komitmen investasi atau comprehensive investment and policy plan (CIPP) program pendanaan iklim JETP (JETP) di Gedung Kementerian ESDM, Selasa 21 November.
Sementara itu sejauh ini komitmen pendanaan yang disepakati dalam pernyataan bersama awalnya bernilai 20 miliar dolar AS, namun kini dengan berbagai penambahan telah mencapai 21,6 miliar dolar AS, di mana 11,6 miliar dolar AS bersumber dari dana publik negara-negara IPG, sedangkan 10 miliar dolar AS akan berasal dari bank-bank internasional yang bergabung dalam Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) working group.
Adapun dokumen CIPP merumuskan skenario dekarbonisasi yang telah merumuskan target kondisional bersama emisi gas rumah kaca bagi sektor ketenagalistrikan on-grid sebesar 250 juta ton CO2 dengan porsi energi terbarukan mencapai 44 persen di tahun 2030.
Selain itu, peta jalan JETP juga menetapkan pencapaian emisi nol bersih ketenagalistrikan pada tahun 2050, satu dekade lebih cepat dari peta jalan yang sedang dipersiapkan pemerintah Indonesia.
CIPP 2023 akan fokus kepada sistem ketenagalistrikan on-grid.
Sementara bagi sistem ketenagalistrikan off-grid akan dilaksanakan analisis yang lebih mendalam untuk menetapkan strategi dekarbonisasi yang sejalan dengan cita-cita industrialisasi dan hilirisasi Indonesia.
Dokumen CIPP merupakan living document yang akan terus dimutakhirkan setiap tahunnya agar senantiasa mencerminkan kondisi perekonomian global dan prioritas kebijakan dalam negeri.
Lebih jauh, Edo menambahkan, jika pihaknya memastikan proyek-proyek prioritas JETP dapat berjalan dengan baik berkat adanya CIPP yang sudah dirilis.
“Besar harapan kita semua bahwa dukungan teknis dan pendanaan JETP tentunya dapat disalurkan untuk proyek dan kegiatan yang dapat mengatalisis menjadi pondasi investasi bagi transisi energi Indonesia pada skala yang jauh lebih besar,” pungkas Edo.