JAKARTA, Cobisnis.com – China menggelar latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan selama dua hari dengan melibatkan angkatan darat, laut, udara, dan pasukan roket. Latihan ini disebut sebagai “peringatan serius” terhadap dorongan kemerdekaan Taiwan serta campur tangan kekuatan eksternal, terutama setelah pengumuman kesepakatan penjualan senjata besar antara Amerika Serikat dan Taiwan.
Latihan yang diberi nama “Justice Mission-2025” tersebut bertujuan menguji kesiapan tempur serta kemampuan “blokade dan pengendalian pelabuhan-pelabuhan utama dan wilayah kritis,” demikian pernyataan Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China pada Senin. Otoritas China dan Taiwan sama-sama mengonfirmasi bahwa latihan ini mencakup tembakan langsung dan peluncuran roket.
Penjaga Pantai Taiwan menyebutkan bahwa roket-roket yang ditembakkan pada Selasa mendarat di perairan dekat Taiwan. Latihan ini juga memicu pembatalan dan penundaan penerbangan di dalam negeri Taiwan selama dua hari terakhir. Pemerintah Taiwan mengecam keras latihan tersebut sebagai bentuk “intimidasi militer,” sementara Kementerian Pertahanannya menyatakan berada dalam kondisi siaga penuh dan siap mengambil langkah konkret untuk mempertahankan nilai demokrasi dan kebebasan.
Dalam 24 jam sejak Senin, China mengerahkan 130 pesawat tempur dan 22 kapal di sekitar Taiwan. Ini menjadi jumlah penerbangan tempur tertinggi kedua setelah rekor pada Oktober 2024, ketika 153 pesawat dikerahkan dalam latihan sebelumnya. Dari total penerbangan terbaru, 90 pesawat melintasi garis median Selat Taiwan dan memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
Latihan ini dinilai mengikuti pola lama Beijing, yakni menggelar manuver militer besar pada momen sensitif untuk menyampaikan ketidakpuasan politik. Pengumuman kesepakatan penjualan senjata senilai US$11,1 miliar antara AS dan Taiwan, serta dorongan anggaran pertahanan khusus oleh Presiden Taiwan, disebut sebagai pemicu kemarahan Beijing.
China menegaskan latihan tersebut adalah tindakan sah untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan nasional. Namun, Taiwan menyebut langkah ini sebagai provokasi terang-terangan yang mengancam stabilitas kawasan dan tatanan internasional. Sejumlah analis menilai latihan kali ini semakin menekankan simulasi blokade guna mencegah campur tangan militer asing di sekitar Taiwan.














