JAKARTA, Cobisnis.com – Negara bagian California mengancam akan menghentikan penjualan mobil Tesla selama 30 hari setelah regulator menilai penggunaan istilah “Autopilot” untuk fitur bantuan pengemudi Tesla sebagai bentuk iklan yang menyesatkan. Otoritas yang mengambil langkah ini adalah California Department of Motor Vehicles (DMV).
DMV sebenarnya memiliki kewenangan untuk langsung menghentikan penjualan Tesla di California berdasarkan temuan hakim hukum administrasi sebelumnya. Namun, pada Selasa waktu setempat, DMV menyatakan akan menunda langkah tersebut selama 90 hari guna melanjutkan negosiasi dengan produsen kendaraan listrik itu.
Dalam pernyataannya, DMV menegaskan bahwa mobil Tesla tidak sesuai dengan janji yang tersirat dari istilah “Autopilot”, karena kendaraan tersebut belum mampu beroperasi sebagai mobil yang benar-benar otonom. Gugatan terhadap Tesla terkait penggunaan istilah ini pertama kali diajukan pada 2023, dan hingga kini kedua pihak belum mencapai kesepakatan.
“Tesla sebenarnya dapat mengambil langkah sederhana untuk menghentikan keputusan ini dan menyelesaikan masalah secara permanen,” ujar Direktur DMV California, Steve Gordon.
Tesla dan CEO-nya, Elon Musk, selama ini kerap menyampaikan klaim ambisius mengenai kemampuan teknologi mengemudi mandiri mobil Tesla. Klaim tersebut dinilai berkontribusi besar terhadap penjualan dan nilai saham perusahaan. Namun, Tesla juga secara konsisten menyertakan peringatan bahwa pengemudi harus tetap waspada dan siap mengambil alih kendali kendaraan, bahkan saat fitur bantuan pengemudi diaktifkan.
Menanggapi langkah DMV, Tesla menyatakan keberatan melalui unggahan di platform X. Perusahaan menilai perintah tersebut sebagai langkah perlindungan konsumen yang berlebihan, dengan alasan tidak ada satu pun pelanggan yang mengadu mengalami masalah akibat penggunaan istilah “Autopilot”. Tesla menegaskan penjualan mereka di California akan tetap berjalan.
Di tengah proses hukum yang berlangsung, Tesla juga mengubah nama resmi fitur “Full Self-Driving” (FSD) berbayar yang sebelumnya banyak dikritik. Fitur senilai sekitar US$8.000 itu kini diberi nama “Full Self-Driving (Supervised)”, meski Elon Musk dan para penggemarnya masih sering menyebutnya sebagai FSD.
Fitur Autopilot sendiri mencakup bantuan mengemudi yang umum ditemukan pada mobil modern, seperti pengereman otomatis, pengaturan kecepatan adaptif, dan peringatan titik buta. Sementara itu, FSD (Supervised) diklaim mampu mengemudikan mobil hampir sepenuhnya, meskipun pengemudi tetap diwajibkan siaga.
Kasus ini bukan satu-satunya tantangan Tesla terkait teknologi mengemudi mandiri. Regulator keselamatan federal AS telah membuka sejumlah investigasi atas kecelakaan yang melibatkan penggunaan fitur tersebut. Bahkan, pada Agustus lalu, juri di Florida memutuskan Tesla bertanggung jawab atas kecelakaan fatal pada 2019 yang melibatkan Model S dengan Autopilot aktif, dan memerintahkan perusahaan membayar ganti rugi sebesar US$329 juta. Tesla saat ini tengah mengajukan banding.
California merupakan pasar penting bagi Tesla dan juga menjadi lokasi salah satu dari dua pabriknya di Amerika Serikat. Meski begitu, langkah DMV dinilai masih memberi ruang kompromi karena penundaan larangan penjualan dan pencabutan rekomendasi penghentian sementara produksi kendaraan di negara bagian tersebut.
Saham Tesla ditutup menguat 3% pada Selasa dan mencatat rekor tertinggi baru, dengan kenaikan sekitar 21% sepanjang tahun ini. Pada perdagangan pra-pasar Rabu, pergerakan saham Tesla relatif stabil.














