JAKARTA, Cobisnis.com – Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) memastikan seluruh aktivitas pendakian Gunung Rinjani akan dihentikan sementara mulai 1 Januari hingga 31 Maret 2026. Penutupan ini dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi.
Kepala BTNGR, Yarman, menyampaikan bahwa kebijakan tersebut berlaku untuk seluruh jalur pendakian yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Ia menegaskan bahwa tidak ada jalur yang dibuka selama periode penutupan tersebut.
“Penutupan jalur pendakian berlaku sejak 1 Januari sampai 31 Maret 2026,” kata Yarman, dikutip dari Kompas.com, Senin (22/12).
Selain menutup jalur pendakian, BTNGR juga menghentikan sementara layanan pemesanan tiket melalui aplikasi e-Rinjani. Pemesanan terakhir hanya dapat dilakukan hingga 28 Desember 2025 pukul 23.59 WITA sebagai bagian dari penyesuaian akhir tahun PNBP.
Meski demikian, pendaki yang telah mengantongi tiket masih diperbolehkan melakukan pendakian hingga batas waktu tertentu. Proses check-in terakhir dijadwalkan pada 31 Desember 2025, sementara batas check-out maksimal hingga 3 Januari 2026.
Enam Jalur Resmi Tidak Diizinkan Beroperasi
Penutupan ini didasarkan pada potensi cuaca ekstrem yang meningkat pada musim hujan 2025/2026. Kebijakan tersebut merujuk pada Surat Edaran Menteri Kehutanan RI Nomor 7 Tahun 2025 serta memorandum dari Direktorat Jenderal KSDAE terkait mitigasi banjir dan longsor di kawasan wisata alam.
Adapun jalur pendakian yang ditutup meliputi:
Senaru, Lombok Utara
Sembalun, Lombok Timur
Torean, Lombok Utara
Timbanuh, Lombok Timur
Tetebatu, Lombok Timur
Aik Berik, Lombok Tengah
BTNGR juga mengacu pada data BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Mataram yang mendeteksi keberadaan bibit Siklon Tropis 93S. Fenomena ini berpotensi memicu hujan deras, angin kencang, banjir, hingga tanah longsor di wilayah Lombok.
Yarman mengingatkan bahwa cuaca ekstrem dapat terjadi secara mendadak dan bersifat lokal, sehingga membahayakan keselamatan pendaki.
Penutupan jalur pendakian Gunung Rinjani sendiri merupakan agenda rutin tahunan saat musim hujan, yang bertujuan melindungi keselamatan pengunjung sekaligus menjaga kelestarian ekosistem kawasan konservasi.
SAR NTB Tetap Bersiap Hadapi Pendaki Ilegal
Walaupun pendakian resmi dihentikan, tim SAR NTB tetap disiagakan untuk mengantisipasi aktivitas pendakian ilegal. Kepala Kantor SAR Mataram, Muhammad Hariyadi, menyebut masih kerap ditemukan pendaki yang masuk melalui jalur tidak resmi tanpa perlengkapan memadai.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, SAR Mataram bersama BTNGR telah menyiapkan sejumlah shelter evakuasi di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai pusat respons cepat jika terjadi kecelakaan.
Gunung Rinjani yang memiliki ketinggian 3.726 meter dpl sebelumnya sempat menjadi perhatian publik internasional menyusul sejumlah insiden pendakian, termasuk kecelakaan fatal yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, pada Juni 2025.














