JAKARTA, COBISNIS.COM – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyambut positif rencana penerapan Bea Masuk Antidumping (BMAD) untuk impor keramik.
Langkah ini diharapkan akan menggerakkan industri keramik nasional menjadi lebih produktif dan kompetitif.
Sejumlah importir besar telah berinvestasi dan membangun pabrik di Indonesia, yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi serta penyerapan tenaga kerja lokal.
Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, mengapresiasi hasil penyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang berlangsung selama lebih dari 1,5 tahun.
Penyelidikan ini memverifikasi praktik dumping dari produk keramik Tiongkok dan memberikan dasar hukum untuk penerapan BMAD.
Edy Suyanto menyatakan bahwa kehadiran pemain baru dalam industri keramik akan menciptakan persaingan yang sehat dan adil, dengan fokus pada kreativitas, inovasi, dan efisiensi.
Menurut Edy Suyanto, penerapan BMAD diharapkan dapat memulihkan kapasitas produksi keramik nasional, khususnya untuk Homogeneous Tiles (HT), yang sebelumnya hanya dapat memanfaatkan kapasitas produksi di bawah 40% akibat praktik dumping. Asaki optimis bahwa dengan BMAD, tingkat utilisasi produksi keramik nasional dapat meningkat hingga 80% pada tahun ini dan 90% pada tahun 2025.
Beberapa importir besar telah mengumumkan rencana mereka untuk membangun pabrik di Indonesia. PT Trust Trading, misalnya, akan melanjutkan pembangunan pabrik di Kendal dengan kapasitas produksi 18 juta m² per tahun dan nilai investasi sebesar Rp1,2 triliun, yang akan menyerap 700 tenaga kerja.
Selain itu, PT RKI berencana membangun pabrik di Batang dengan kapasitas produksi 21,5 juta m² per tahun dan investasi sebesar Rp1,5 triliun yang akan menyerap 1000 tenaga kerja. PT Superior juga menghadirkan investasi baru di Subang dengan kapasitas produksi sekitar 22 juta m² per tahun.
Ada beberapa anggota Asaki lainnya yang juga sedang mempersiapkan investasi baru, yang diharapkan akan selesai pada semester kedua tahun 2025.
Edy Suyanto menyatakan bahwa selain importir atau trader yang berubah menjadi manufaktur, terdapat juga investasi baru dari anggota-anggota Asaki.
Edy Suyanto menanggapi skeptisisme terhadap kecukupan pasokan keramik pasca-berlakunya BMAD dengan tegas. Menurutnya, klaim kekurangan pasokan yang disuarakan oleh importir atau trader kecil hanya bersifat spekulatif.
Importir besar dan bonafid yang telah menyiapkan investasi dalam bentuk pabrik produksi diyakini mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik secara memadai.








