JAKARTA,Cobisnis.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah akan kembali berada di jalur penguatan pada 2023 mendatang. Menurut Perry, keyakinan itu didasarkan pada beberapa hal.
Pertama, fundamental ekonomi RI yang cukup baik. Kedua, pertumbuhan ekonomi tinggi. Ketiga, inflasi yang mulai menurun menuju level rendah. Empat, imbal hasil SBN yang dirilis pemerintah cukup kompetitif.
“Stabilitas nilai tukar rupiah akan terus dijaga. Ini adalah komitmen tinggi dari Bank Indonesia. Rupiah pada 2023 diperkirakan bisa menguat dengan didukung gejolak global yang mereda,” ujarnya pada Rabu, 30 November.
Perry menambahkan, optimisme itu juga ditopang oleh transaksi berjalan tetap seimbang, neraca modal yang surplus dari penanaman modal asing, serta harapan masuknya kembali investasi portofolio.
“Ini membuat cadangan devisa meningkat. Kemudian, stabilitas sistem keuangan juga terjaga yang ditunjukan dengan rasio kecukupan modal yang memadai dan kondisi likuiditas di level lebih dari cukup,” tuturnya.
Sebagai informasi, dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur tengah bulan ini Perry sempat mengungkapkan indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) tercatat 106,28 pada 16 November 2022 atau mengalami penguatan sebesar 11,09 pesen (ytd) selama 2022.
Adapun, nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65 perseb (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021.
Depresiasi nilai tukar rupiah tersebut dinilai relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara lain di kawasan, seperti Korea Selatan 10,30 persen (ytd) dan Filipina 11,10 persen (ytd).
“Sangat kuatnya dolar AS didorong oleh pengetatan kebijakan moneter yang agresif The Fed dan penarikan modal dari berbagai negara ke AS, di tengah melemahnya ekonomi dan tingginya inflasi di Eropa,” kata Perry.