JAKARTA, Cobisnis.com – Kanker paru sering terdeteksi pada tahap lanjut, menjadi penyebab utama kematian dari seluruh jenis kanker di seluruh dunia. Sebuah inovasi dari tim ilmuwan Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah menghasilkan perangkat deteksi kanker paru yang sangat user-friendly, di mana pengguna menghirup nanopartikel sensor dan mengumpulkan sampel urine.
Perangkat diagnostik terkini ini memanfaatkan nanosensor yang dapat disebarkan melalui inhaler atau nebulizer. Apabila sensor menemukan protein terkait kanker paru, sinyal akan terakumulasi dalam urine dan dapat terdeteksi melalui strip tes kertas sederhana.
Discovery ini memiliki potensi besar untuk menggantikan atau melengkapi metode pemeriksaan standar kanker paru saat ini, seperti computed tomography (CT) dosis rendah. Keunggulan dari tes yang lebih sederhana ini terletak pada kemampuannya membantu negara-negara berkembang yang seringkali kekurangan akses terhadap fasilitas kesehatan, termasuk alat CT. Profesor di bidang kesehatan dan teknologi di MIT, Sangeeta Bhatia, menyatakan, “Epidemiologi kanker paru secara global dipengaruhi oleh polusi dan rokok, sehingga jika teknologi deteksi kanker ini bisa diakses secara mudah, dampaknya akan sangat signifikan.”
Pengembangan teknologi nanosensor untuk deteksi kanker telah dilakukan oleh Bhatia selama lebih dari satu dekade. Nanosensor ini terdiri dari nanopartikel polimer yang dilapisi dengan pelapor, seperti barcode DNA, yang terpecah dari partikel ketika sensor menemukan enzim yang dikenal sebagai protease, yang seringkali overaktif pada tumor. Zat pelapor tersebut akhirnya terakumulasi dalam urine dan diekskresikan dari tubuh. Hasil penelitian pada mencit menunjukkan akurasi yang baik dan uji coba pada manusia akan segera dilakukan.