JAKARTA, Cobisnis.com – Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batubara Indonesia (Aspebindo) mengharapkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, yang sebelumnya menjabat Menteri Investasi, memaksimalkan potensi dalam negeri dengan percepatan investasi dan pengembangan teknologi di sektor hulu migas.
Investasi dan teknologi hulu migas itu penting untuk meningkatkan lifting minyak dan gas bumi agar sesuai target di APBN 2024 dan RAPBN 2025.
“Caranya, memaksimalkan potensi di Indonesia dengan percepatan investasi dan pengembangan teknologi di sektor hulu. Menteri Bahlil paham soal itu, apalagi sebelumnya menjadi Menteri Investasi,” ujar Wakil Ketua Umum Aspebindo Fathul Nugroho, Rabu, 21 Agustus.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah melantik Bahlil Lahadalia sebagai Menteri ESDM untuk menggantikan Arifin Tasrif pada Senin, 19 Agustus.
Saat serah terima jabatan Menteri ESDM, Bahlil menegaskan akan fokus meningkatkan lifting minyak dan gas bumi pada sisa masa kerja yang tinggal dua bulan atau hingga Oktober 2024.
Peningkatan lifting minyak adalah perintah langsung dari Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Sebagaimana data RUU APBN 2025 yang disampaikan pemerintah dalam sidang paripurna DPR pada 16 Agustus 2024, lifting minyak ditargetkan mencapai 600 ribu barel per hari dan gas bumi mencapai 1,005 juta barel setara minyak per hari pada tahun depan.
Sementara, dalam APBN 2024, pemerintah menargetkan lifting migas 635 ribu barel per hari dan lifting gas bumi sebesar 1,33 juta setara minyak per hari.
Menurut Fathu, Bahlil dapat mengerek lifting minyak dan gas bumi, dengan penyesuaian regulasi atau percepatan investasi di sektor hulu untuk mengerek produksi minyak mentah dalam negeri.
“Pengalaman Bahlil sebagai pengusaha dan pemerintahan membuat semuanya akan menjadi mudah. Terlebih, beliau memang orang lapangan, sehingga akan terus memantau secara teknis,” katanya.
Ia menyebut pemerintah bisa mencontoh cara negara lain yang demografinya serupa Indonesia seperti Brasil. Lifting minyak di Negeri Samba itu mencapai tiga juta barel per hari.
Selain soal minyak dan gas (migas), Fathul juga mendorong Bahlil dapat menggalakkan hilirisasi lebih lanjut di sektor mineral dan batu bara (minerba).
“Terlebih, Bahlil juga sudah sowan ke Presiden terpilih Prabowo Subianto, sehingga saya yakin betul bahwa program hilirisasi akan lebih menggeliat lagi dari sebelumnya,” katanya.
Di sisi lain, Kementerian ESDM bersama dengan PT PLN juga memiliki tantangan dalam mengelola kelebihan pasokan listrik imbas dari program 35 ribu megawatt (MW). Kelebihan itu dapat dimanfaatkan untuk menggencarkan hilirisasi.
“Kelebihan tersebut perlu dilihat bukan sebagai beban. Justru menjadi peluang bagus untuk mendukung kebijakan hilirisasi. Pemerintah dan PLN secara strategis dapat memanfaatkan kapasitas berlebih ini untuk mendorong pengembangan industri di wilayah-wilayah kunci. Kebijakan preferential tariff dan harga dinamis (dynamic pricing) bagi pengguna industri di zona KEK bisa membuat harga listrik lebih efisien,” kata Fathul yang juga Direktur Eksekutif Institute for Policy, Energy, and Economics (Inspec).