JAKARTA, Cobisnis.com – Setelah pemerintah mengizinkan masyarakat untuk mudik pada periode Idul Fitri tahun ini, timbul euforia, karena merayakan Lebaran di kampung halaman bersama keluarga besar dan bertemu teman masa kecil merupakan momen yang ditunggu-tunggu sebagian masyarakat. Pengeluaran ekstra untuk momen mudik pun menjadi tak terhindarkan. Memang ada THR dari perusahaan, namun jika ada pengeluaran ekstra yang melebihi batas kemampuan dapat membuat kita terjebak dalam lilitan utang pasca mudik.
Untuk menghindari jeratan utang pasca mudik, simak tips dari Dimas Ardhinugraha, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) di bawah ini.
Silaturahmi tanpa pamer
Ibadah puasa yang dilakukan dengan disiplin selama sebulan penuh seharusnya bisa melatih diri kita dalam mengendalikan hawa nafsu, termasuk naluri untuk pamer. Sejatinya, pulang kampung merupakan ajang silaturahmi yang penuh keakraban dan kehangatan. Namun, terkadang sebagian dari kita belum bisa mengendalikan ego yang tinggi; ingin pamer kesuksesan dengan penampilan mentereng dan bagi-bagi angpao dalam jumlah besar. Akibatnya, tentu saja pengeluaran menjadi bengkak. THR habis dan daftar tagihan utang menjadi panjang.
Hindari pengeluaran berlebih di kampung halaman
Cara efektif untuk menghindari pengeluaran berlebih adalah dengan membuat daftar rencana pengeluaran, mulai dari biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, hingga belanja oleh-oleh. Tanpa membuat rencana yang jelas, pengeluaran kecil-kecil pun dapat terakumulasi menjadi sekumpulan biaya yang besar. Maka, buatlah anggaran mudik. Idealnya anggaran ini dibuat sebelum melakukan pemesanan tiket dan penginapan. Namun, jika saat ini Anda sudah selesai melakukan pemesanan, maka kontrol anggaran lainnya, seperti pada pos konsumsi, transportasi, angpao, belanja pakaian dan oleh-oleh. Memang jajan makanan khas dearah, belanja, dan membeli oleh-oleh akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi daerah, namun kita harus tetap menyesuaikan dengan kemampuan keuangan masing-masing. Berbeda dengan pengguna uang tunai yang akan mengerem pembelanjaannya ketika uang menipis, pengguna kartu kredit harus ekstra hati-hati dalam mengontrol pembelanjaan non-tunai ini. Jangan sampai usai mudik membawa oleh-oleh utang segunung.
Ingat kebutuhan hidup lainnya
Saat mudik, terkadang kita lupa tentang tanggung jawab lainnya yang masih harus dipenuhi. Misalnya, 1-2 bulan sesudah Lebaran akan ada beban pengeluaran untuk pendaftaran sekolah anak, perpanjang STNK kendaraan, dan lain-lain. Sebaiknya jangan habiskan THR, dan utamanya hindari berutang. Merayakan Lebaran di kampung halaman dengan penuh kehangatan nan sederhana akan jauh lebih baik daripada perayaan penuh kemewahan sesaat disusul carut-marut keuangan sesudahnya.
Rencanakan keuangan untuk mudik selanjutnya
Bagi sebagian kalangan, mudik ke kampung halaman merupakan momen besar yang membutuhkan dana cukup besar. Agar mudik tahun berikutnya lebih nyaman, sisihkan sebagian penghasilan bulanan untuk persiapan mudik tahun berikutnya. Dengan jangka waktu setahun ke depan, dana yang disisihkan dapat ditempatkan di reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap. Selain likuid, reksa dana juga sangat terjangkau (mulai dari Rp10 ribu), aman (diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan), dan menawarkan potensi imbal hasil yang menarik. Sebagai gambaran, reksa dana pasar uang Manulife Dana Kas II (MDK II) mencatatkan kinerja historis 2,62% dalam setahun terakhir hingga 31 Maret 2022. Pada periode yang sama, reksa dana pendapatan tetap Manulife Obligasi Unggulan (MOU) memiliki kinerja 4,65%. MDK II dan MOU merupakan produk reksa dana yang dikelola oleh MAMI, salah satu perusahaan manajer investasi terbesar di Indonesia dengan dana kelolaan Rp113,4 triliun per akhir tahun 2021.
Mudik Lebaran merupakan momen bahagia yang ditunggu-tunggu sebagian masyarakat. Nikmati momen ini dengan penuh kehangatan dan kesederhanaan tanpa beban keuangan di kemudian hari. Bijak saat mudik, bahagia tak lekang waktu akan bersemayam di hati.