JAKARTA, Cobisnis.com – Anggota DPR AS dari Partai Republik, Marjorie Taylor Greene, mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri dari jabatannya pada Januari mendatang. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak di dalam partainya sendiri, terutama setelah perubahan sikap politiknya dalam beberapa bulan terakhir yang membuatnya beralih dari sekutu dekat Donald Trump menjadi salah satu pengkritiknya.
Pengumuman itu disampaikan melalui media sosial beberapa hari setelah perselisihan terbuka dengan Trump, yang menyebutnya sebagai “pengkhianat” dan menyatakan dukungan untuk menantang kursinya di pemilu mendatang. Greene mengatakan ia ingin menghindari pertarungan primer yang tidak sehat, sembari memprediksi Partai Republik akan kehilangan mayoritas di DPR pada pemilu sela.
Selama lima tahun karier politiknya di Washington, Greene dikenal karena retorika keras dan kontroversial, hingga membuatnya dicoret dari Freedom Caucus. Namun ia juga sempat menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di kubu Republik sebagai sekutu terpercaya Trump di Capitol Hill.
Dalam wawancara dengan CNN, Greene mengungkapkan bahwa ia menerima ancaman jiwa setelah komentar Trump. Ia juga meminta maaf atas retorika “toksik” yang pernah ia lontarkan selama bertahun-tahun. Menurut sumber dekatnya, Greene telah mempertimbangkan mundur selama lebih dari seminggu karena ancaman terus meningkat.
Masa depan politiknya masih belum jelas. Meski sebelumnya sempat disebut sebagai calon potensial untuk kursi Senat, saat ini ia tidak memiliki rencana mencalonkan diri dalam jabatan publik apa pun. Greene juga belakangan mengkritik Trump karena dianggap terlalu fokus pada kebijakan luar negeri dan kurang memperhatikan agenda domestik.
Greene turut menyoroti penanganan Gedung Putih terhadap kasus berkas Jeffrey Epstein dan menuduh pemerintah menutup-nutupi informasi. Setelah tekanan besar, Trump akhirnya menandatangani undang-undang transparansi terkait Epstein.
Kepergian Greene diprediksi langsung berdampak pada DPR AS, di mana Ketua DPR Mike Johnson harus mengelola mayoritas tipis dan menghadapi tantangan besar untuk menyatukan partai dalam pembahasan legislasi penting. Greene pertama kali terpilih pada 2020 dan dikenal karena teori konspirasi serta retorikanya yang memanas, termasuk dukungan terhadap kekerasan terhadap politisi Demokrat.
Dalam perubahan sikap politik terbarunya, Greene bahkan memuji kepemimpinan Nancy Pelosi, mengatakan bahwa ia terkesan dengan kemampuan Pelosi dalam menjalankan agenda partainya saat menjabat sebagai Ketua DPR.














