JAKARTA, COBISNIS.COM – Koordinator Tim Observasi Stasiun Geofisika BMKG DIY, Budiarta, menegaskan bahwa tidak semua gempa yang dipicu oleh megathrust memiliki kekuatan dahsyat melebihi magnitudo 7.
Menanggapi anggapan publik bahwa megathrust selalu menyebabkan gempa besar dan tsunami, Budiarta menjelaskan bahwa kekuatan gempa bergantung pada energi yang dilepaskan, dan bisa saja lebih kecil dari magnitudo 5.
Megathrust sendiri merupakan sumber gempa subduksi yang terjadi akibat pertemuan dua lempeng tektonik di kedalaman kurang dari 50 kilometer.
Budiarta menggambarkan megathrust sebagai patahan dengan dorongan naik yang besar, mampu mengakumulasi energi dan memicu gempa dengan rekahan panjang serta bidang pergeseran yang luas.
Wilayah Jawa telah mengalami 12 kali gempa megathrust dahsyat antara tahun 1840 hingga 2009, dengan kekuatan antara magnitudo 7 hingga 8.
Salah satu contoh gempa besar ini adalah gempa yang terjadi di Gunungkidul, DIY, pada 26 Agustus 2024 dengan magnitudo 5,5.
Gempa megathrust terakhir yang terjadi pada 2 September 2009 di Tasikmalaya, Jawa Barat, mencapai magnitudo 7,3 dan sempat memicu peringatan tsunami yang akhirnya dicabut.
Peringatan tentang potensi gempa megathrust di Indonesia semakin mendapat perhatian publik setelah Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyatakan bahwa gempa besar di Indonesia tinggal menunggu waktu.