JAKARTA, Cobisnis.com – Aktivis dari Act for Farmed Animals (AFFA), koalisi yang terdiri dari Animal Friends Jogja dan Sinergia Animal melakukan aksi serentak di depan gerai-gerai McDonald’s di Jakarta, Yogyakarta dan Bali. Mereka mendesak restoran cepat saji McDonald’s, agar berhenti memasok telur yang berasal dari ayam-ayam yang dikurung dalam kandang baterai yang kejam di setiap restoran mereka di Asia.
Selain di Indonesia, aksi turun ke jalan yang terkoordinasi ini juga dilakukan di lebih dari 10 kota di Asia, yaitu Bangkok, Kuala Lumpur, Hong Kong, Manila, Ho Chi Minh City, Hanoi, Taipei, dan Seoul. Aksi ini akan terus berlanjut selama beberapa minggu ke depan di gerai-gerai utama McDonald’s.
Para aktivis melakukan aksi dengan memegang poster yang menggambarkan penderitaan para ayam petelur yang dikerangkeng dalam kandang baterai sempit. Para ayam hidup dalam kandang yang sangat kecil, yang membuat mereka tidak leluasa bergerak, mengepakkan sayap mereka secara menyeluruh atau mengekspresikan perilaku alami mereka seperti mematuk dan bersarang.
“Kami berkoordinasi dalam aksi regional ini karena kami kecewa dengan abainya McDonald’s terhadap peningkatan standar kesejahteraan hewan dalam rantai pasoknya di Asia, tidak seperti perusahaan-perusahaan besar makanan cepat saji lainnya yang telah meninggalkan kandang baterai secara global,” kata Angelina Pane, Manajer Program Animal Friends Jogja, dalam keterangan resminya, Sabtu (12/3).
Pada 2016 Animal Friends Jogja mulai mengampanyekan isu kesejahteraan hewan yang diternakkan dan menjadi organisasi pertama yang menyuarakan isu ini di Indonesia. Pada tahun 2019, akhirnya dibentuklah Act for Farmed Animals, koalisi dari Animal Friends Jogja dan organisasi perlindungan hewan internasional, Sinergia Animal.
Untuk informasi, perusahaan makanan cepat saji lain yang sejenis dengan McDonald’s, telah mengumumkan komitmen yang komprehensif untuk mengakhiri penggunaan telur dari kandang baterai di Asia. Di antaranya Burger King, KFC, dan Pizza Hut, yang telah berjanji untuk mengeliminasi kandang baterai dari pasokan telurnya di Asia pada tahun 2030. Saat ini komitmen McDonald’s hanya mencakup Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Amerika Latin, namun tidak di Asia. Di Inggris sendiri, menu sarapan McDonald’s telah secara eksklusif menggunakan telur bebas kandang baterai semenjak 1998.
Awal tahun ini, Global Cage-Free Restaurant Report yang diterbitkan Open Wing Alliance, sebuah koalisi global yang terdiri dari 80 organisasi perlindungan hewan yang memiliki tujuan yang sama dalam membebaskan ayam dari kandang baterai, mengumumkan kelambanan McDonald’s dalam menangani masalah kesejahteraan hewan, menekankan bahwa McDonald’s adalah “pelanggar terburuk” di industri restoran.
“Setidaknya terdapat 10.000 gerai yang berada di Asia, kegagalan McDonald’s dalam mengimplementasikan standar bebas kandang baterai memiliki sejumlah implikasi untuk hewan, termasuk juga kesehatan manusia,” ujar Angelina.
Sebagai tambahan fokus di samping kesejahteraan hewan, penelitian menunjukkan bahwa telur dari sistem kandang baterai memiliki risiko kontaminasi Salmonella yang lebih besar. Salmonella merupakan bakteri yang diperkirakan oleh WHO sebagai penyebab 155.000 kematian secara global setiap tahunnya.
Pada 2020, McDonald’s mulai menyuarakan “values-driven mindset” sebagai bagian dari strategi baru mereka, menandai rencana untuk “membuat perbedaan di dunia” dalam upaya untuk tetap relevan dengan para konsumen yang sadar nilai-nilai kesejahteraan hewan.
Dan sayangnya, kantor pusat global dan regional McDonald’s belum mulai untuk secara serius terlibat dalam dialog dengan kelompok advokasi Asia mengenai rencana bebas kandang baterai mereka, ujar Angelina.
“Puluhan ribu konsumen telah bergabung dengan seruan agar McDonald’s mengadopsi kebijakan bebas kandang baterai di Asia. Sudah waktunya bagi McDonald’s untuk bertindak,” ujarnya.