JAKARTA, Cobisnis.com – Presiden Kennedy Center, Richard Grenell, mengecam keras keputusan seorang seniman yang membatalkan konser jazz tahunan pada malam Natal setelah nama Presiden Donald Trump ditambahkan pada pusat seni ternama di Washington DC tersebut.
Dalam sebuah surat yang salinannya dibagikan Kennedy Center, Grenell secara tajam mengkritik tindakan musisi jazz Chuck Redd dan memuji kepemimpinan Trump sebagai ketua Kennedy Center. Jabatan tersebut diberikan oleh dewan pengurus pilihan Trump sendiri pada awal masa jabatan keduanya, setelah ia mencopot ketua sebelumnya.
“Keputusan Anda untuk mengundurkan diri pada menit terakhir secara eksplisit sebagai respons terhadap perubahan nama pusat ini, yang dimaksudkan untuk menghormati upaya luar biasa Presiden Trump dalam menyelamatkan harta nasional ini merupakan bentuk intoleransi klasik dan sangat merugikan institusi seni nirlaba,” tulis Grenell, sekutu lama Trump, kepada Redd dalam surat berkop resmi dengan logo baru “Trump Kennedy Center”.
Associated Press pertama kali melaporkan keberadaan surat tersebut.
Chuck Redd membatalkan konser jazz liburan itu yang telah ia selenggarakan hampir selama dua dekade setelah mengetahui keputusan dewan untuk mengganti nama gedung tersebut pekan lalu.
“Saya telah tampil di Kennedy Center sejak awal karier saya, dan saya sangat sedih melihat perubahan nama ini,” ujar Redd.
Dalam suratnya, Grenell juga menuding Redd bertanggung jawab atas dampak finansial yang timbul akibat apa yang ia sebut sebagai “aksi politik,” serta menyatakan bahwa Kennedy Center akan menuntut ganti rugi sebesar 1 juta dolar AS. Wakil Presiden Hubungan Masyarakat Kennedy Center, Roma Daravi, turut menyuarakan kritik serupa. Ia menilai Redd telah gagal menjalankan “tugas dasar seorang seniman publik, yaitu tampil untuk semua kalangan.”
“Seni adalah pengalaman budaya bersama yang seharusnya menyatukan, bukan mengecualikan,” kata Daravi. “Trump Kennedy Center adalah institusi bipartisan sejati yang menyambut seniman dan penonton dari berbagai latar belakang. Karya seni besar melampaui politik, dan pusat kebudayaan Amerika tetap berkomitmen menghadirkan program populer yang menginspirasi serta relevan bagi semua audiens.”
Pembatalan acara gratis “Jazz Jam” itu terjadi setelah dewan pengurus John F. Kennedy Center for the Performing Arts melakukan pemungutan suara untuk mengganti nama lembaga budaya tersebut dengan menggabungkan nama mantan presiden dari Partai Demokrat, John F. Kennedy, dan Donald Trump, pada pekan lalu. Beberapa jam setelah pemungutan suara, situs resmi Kennedy Center diperbarui, dan keesokan harinya papan nama baru yang memuat nama Trump dipasang di bagian depan gedung.
Langkah tersebut dengan cepat memicu kemarahan dari keluarga Kennedy, para legislator, serta pengunjung setia pusat seni bersejarah itu. Seorang anggota Kongres dari Partai Demokrat bahkan mengajukan gugatan hukum yang mempertanyakan kewenangan dewan dalam mengganti nama fasilitas yang pada 1964 ditetapkan Kongres sebagai monumen peringatan bagi presiden ke-35 Amerika Serikat.
Sebelum perubahan nama, perombakan yang dilakukan Trump terhadap Kennedy Center sudah lebih dulu menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya pendapatan, seiring banyak seniman dan penonton memilih berpindah ke venue lain. Sejumlah tokoh ternama seperti Issa Rae, Renée Fleming, Shonda Rhimes, dan Ben Folds mengundurkan diri dari posisi kepemimpinan atau membatalkan acara mereka. Produser musikal populer “Hamilton,” Jeffrey Seller, juga membatalkan rencana pementasan pertunjukan tersebut awal tahun ini.
Pada musim liburan kali ini, penjualan tiket yang lesu turut berdampak pada pertunjukan balet “The Nutcracker,” yang secara historis merupakan salah satu acara paling populer di Kennedy Center. Sekitar 10.000 kursi terjual untuk tujuh pertunjukan tahun ini, turun dari sekitar 15.000 kursi per musim pada periode 2021 hingga 2024.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa Kennedy Center memberikan tiket gratis sekitar lima kali lebih banyak dibandingkan empat tahun sebelumnya. Selain itu, pendapatan pertunjukan tahun ini tercatat kekurangan sekitar 500.000 dolar AS dari target anggaran sebesar 1,5 juta dolar AS.












