JAKARTA, Cobisnis.com – Pandangan ilmiah tentang batas usia remaja kembali mengalami penyesuaian seiring temuan terbaru di bidang neurologi dan psikologi perkembangan. Sejumlah ahli menilai usia biologis tidak selalu mencerminkan kematangan mental dan emosional seseorang.
Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan otak manusia, khususnya bagian prefrontal cortex yang mengatur pengambilan keputusan dan pengendalian emosi, belum sepenuhnya matang pada usia 18 atau 21 tahun. Proses ini bahkan dapat berlanjut hingga mendekati usia 30 tahun.
Temuan tersebut mendorong para peneliti untuk melihat masa remaja sebagai fase yang lebih panjang dibanding definisi konvensional. Dalam beberapa kajian, usia remaja diusulkan berlangsung hingga 24 tahun, dengan fase dewasa awal mencakup rentang usia 25 hingga 30 atau bahkan 34 tahun.
Selain faktor biologis, perubahan sosial juga memegang peran besar. Di banyak negara, termasuk Indonesia, pencapaian peran dewasa seperti pekerjaan tetap, pernikahan, dan kemandirian ekonomi kini terjadi lebih lambat dibanding generasi sebelumnya.
Kondisi ekonomi global yang tidak stabil, meningkatnya biaya hidup, serta tuntutan pendidikan yang lebih panjang membuat transisi menuju kedewasaan berlangsung lebih gradual. Hal ini menciptakan jarak antara usia kronologis dan kesiapan psikologis.
Para ahli menekankan bahwa keterlambatan tersebut bukan bentuk kegagalan individu, melainkan respons terhadap dinamika zaman. Perubahan struktur sosial dan ekonomi menuntut adaptasi yang lebih kompleks.
Dalam konteks ini, merasa “belum mapan” di usia awal 30-an dipandang sebagai hal yang wajar. Penilaian terhadap kedewasaan tidak lagi semata ditentukan oleh usia, melainkan oleh kapasitas adaptasi dan stabilitas emosional.
Pendekatan baru ini juga berdampak pada kebijakan publik, khususnya di bidang kesehatan mental dan ketenagakerjaan. Pemahaman yang lebih fleksibel dinilai dapat membantu merumuskan kebijakan yang lebih relevan bagi generasi muda.
Sejumlah institusi pendidikan dan organisasi kesehatan mulai menyesuaikan pendekatan mereka terhadap kelompok usia dewasa awal. Fokus diarahkan pada penguatan kesiapan mental, bukan sekadar pencapaian usia tertentu.
Dengan demikian, redefinisi fase remaja dan dewasa awal menjadi refleksi dari realitas sosial modern. Ilmu pengetahuan menegaskan bahwa proses tumbuh dewasa adalah perjalanan bertahap, bukan batas usia yang kaku.














