JAKARTA, Cobisnis.com – Dokumen pengadilan terbaru mengungkap kesaksian memilukan dari keluarga migran yang ditahan di South Texas Family Residential Center, fasilitas detensi ICE di Dilley, Texas. Para keluarga menggambarkan masa tinggal berkepanjangan, anak-anak yang kehilangan semangat, akses terbatas terhadap air minum layak, hingga adanya petugas yang menawarkan uang agar mereka bersedia pulang secara sukarela.
Fasilitas tersebut menampung sekitar 160 keluarga per November, termasuk mereka yang baru melintasi perbatasan AS-Meksiko serta yang ditangkap di dalam negeri sebagai bagian dari penindakan besar-besaran di era Presiden Donald Trump. Meski disebut sebagai pusat hunian keluarga, kondisi di dalamnya digambarkan bak penjara, dengan ruangan padat, pencahayaan menyulitkan tidur, hingga makanan yang tak layak dikonsumsi anak-anak.
Sejumlah orang tua mengungkap penurunan kondisi fisik dan emosional anak mereka, seperti penurunan berat badan, keengganan makan, hingga rasa takut akibat ketidakpastian status detensi. Kesaksian juga menyebut air keran di fasilitas tersebut berbau dan menyebabkan sakit perut, sementara air kemasan sangat terbatas sehingga keluarga harus membeli jika memiliki uang. Produk kebersihan pun dilaporkan tidak mencukupi.
Meski ICE mengklaim telah melakukan perbaikan seperti pemasangan filter air dan penggantian lampu kamar pengacara imigrasi menyatakan kondisi yang dilaporkan keluarga sangat bertolak belakang dengan temuan resmi pemerintah.
Selain kondisi fisik, muncul pula tudingan tekanan agar para keluarga menyetujui deportasi sukarela, termasuk ancaman pemisahan keluarga dan tawaran insentif finansial sebesar USD 1.000 untuk kembali ke negara asal. Para pengacara menekankan bahwa praktik ini menambah tekanan psikologis bagi keluarga dan bertentangan dengan semangat Perjanjian Flores 1997 yang mewajibkan pelepasan anak dari detensi tanpa penundaan yang tidak perlu.
Beberapa orang tua bahkan memohon agar anak mereka dibebaskan kepada kerabat di AS, meski mereka sendiri tetap ditahan, demi memberi kesempatan anak melanjutkan sekolah dan menjalani proses hukum dengan layak. Situasi ini menunjukkan jurang lebar antara laporan resmi dan realitas pahit yang harus dialami keluarga migran di fasilitas detensi tersebut.














