JAKARTA, Cobisnis.com – Gelombang protes besar melanda Meksiko setelah Wali Kota Uruapan, Carlos Manzo, ditembak mati dalam sebuah acara publik awal November. Aksi ini langsung menyulut kemarahan generasi Z yang menilai negara gagal memberikan rasa aman bagi warganya.
Protes pertama muncul di Uruapan lalu dengan cepat meluas ke berbagai kota besar. Ribuan anak muda memenuhi jalanan sambil membawa poster kritik pemerintah. Mereka menuntut langkah tegas terhadap kelompok kriminal yang selama ini disebut ikut memicu tingginya angka kekerasan.
Di Mexico City, situasi berubah panas ketika massa merobohkan pagar Istana Nasional. Polisi antihuru-hara dikerahkan untuk membubarkan kerumunan, tetapi bentrokan tak terhindarkan. Suasana penuh ketegangan menyelimuti ibu kota sepanjang malam.
Otoritas mencatat sedikitnya 100 polisi terluka, sementara 20 warga sipil ikut menjadi korban dalam bentrokan. Selain itu, 20 orang ditangkap, menunjukkan betapa cepatnya eskalasi aksi ini berkembang. Data ini memicu kekhawatiran soal penanganan keamanan yang dianggap tidak sensitif.
Fenomena menarik justru muncul dari cara Gen Z mengekspresikan kemarahan. Selain bendera nasional, banyak demonstran membawa bendera bajak laut Topi Jerami dari anime populer One Piece. Simbol itu mereka gunakan sebagai bentuk solidaritas, keberanian, dan semangat melawan ketidakadilan.
Penggunaan simbol pop culture ini menegaskan peran generasi muda sebagai motor aksi. Mereka memakai referensi budaya global yang dekat dengan keseharian mereka, menjadikan demonstrasi terasa hidup dan mudah memantik dukungan publik. Gaya protes ini juga cepat viral di media sosial.
Di sejumlah daerah lain, massa menyuarakan tuntutan yang sama: negara harus hadir. Mereka menilai pembunuhan seorang pejabat publik bukan hanya soal kriminal, tetapi cerminan sistem keamanan yang rapuh. Maraknya cartel dan kejahatan bersenjata memperburuk rasa ketidakpercayaan masyarakat.
Seruan “Keluar, Morena!” menggema di pusat kota, merujuk pada partai berkuasa. Sementara yel “Carlos tidak mati, pemerintah yang membunuhnya!” menjadi simbol kekecewaan publik. Kalimat itu menyasar kegagalan struktural, bukan hanya kasus pembunuhan tunggal.
Para analis menyebut kemarahan ini bisa memicu tekanan politik besar bagi pemerintah. Jika aksi terus meluas, stabilitas sosial Meksiko berpotensi terganggu di tengah berbagai isu ekonomi yang belum pulih. Demonstrasi ini juga menjadi cermin keresahan generasi muda yang makin vokal.
Gelombang protes yang terus membesar menunjukkan bahwa generasi Z kini memiliki peran penting dalam dinamika politik Meksiko. Aksi mereka menjadi peringatan keras bahwa rasa aman adalah hak dasar, dan ketika negara gagal memberikannya, publik akan bersuara lebih lantang.














