JAKARTA, Cobisnis.com – Sistem pajak Amerika Serikat dikenal sebagai salah satu yang paling rumit di dunia. Bahkan, banyak warga negaranya sendiri merasa stres setiap musim pelaporan pajak tiba. Kerumitan itu bukan tanpa alasan, tapi hasil dari kombinasi sejarah panjang, politik, dan budaya unik masyarakatnya.
Di AS, pajak tidak cuma diurus oleh pemerintah pusat. Ada tiga lapisan yang harus dihadapi warga: federal, negara bagian, dan lokal. Setiap level punya aturan dan tarif sendiri, yang kadang saling tumpang tindih. Bagi mereka yang pindah atau bekerja di beberapa negara bagian, pengisian pajak bisa jadi pekerjaan ekstra yang melelahkan.
Pemerintah Amerika juga memberi banyak insentif pajak lewat skema potongan dan kredit. Misalnya, ada keringanan bagi pembeli rumah, orang tua dengan anak kecil, donatur lembaga amal, hingga mahasiswa. Tujuannya mendorong perilaku ekonomi tertentu, tapi dampaknya justru bikin sistem makin ruwet.
Selain itu, politik dan lobi industri turut berperan besar. Kelompok kepentingan seperti sektor perumahan dan pendidikan berjuang mempertahankan potongan pajak yang menguntungkan mereka. Setiap kali Kongres mengubah aturan, lapisan baru pun ditambahkan, membuat sistem semakin sulit disederhanakan.
Hal lain yang bikin warga AS kewalahan adalah cara pelaporan pajak yang manual. Berbeda dengan banyak negara lain di mana pemerintah otomatis menghitung pajak warga, di AS masyarakat harus mengisi formulir sendiri. Padahal data penghasilan mereka sebenarnya sudah dimiliki otoritas pajak, Internal Revenue Service (IRS).
Salah satu alasan kenapa sistem otomatis tidak diberlakukan adalah tekanan dari industri penyedia layanan pajak. Perusahaan seperti TurboTax dan H&R Block dikenal aktif melobi agar pelaporan pajak tetap dilakukan manual, karena bisnis mereka bergantung pada kerumitan sistem itu.
Selain faktor politik, ekonomi Amerika yang beragam juga bikin rumit. Banyak warga punya lebih dari satu sumber penghasilan: gaji tetap, pekerjaan lepas, investasi saham, hingga sewa properti. Setiap jenis pendapatan punya aturan perpajakan berbeda yang menuntut perhitungan rinci.
Dari sisi budaya, masyarakat AS punya pandangan bahwa pelaporan pajak adalah tanggung jawab pribadi. Pemerintah dianggap tidak seharusnya ikut “mengatur” urusan warga dalam menghitung pajak. Filosofi ini memperkuat budaya mandiri yang sudah lama melekat di sana.
Akibatnya, setiap musim pajak, jutaan warga Amerika harus menyewa konsultan atau menggunakan perangkat lunak berbayar untuk menghindari kesalahan. Bagi sebagian besar orang, proses ini jadi beban tahunan yang penuh tekanan.
Meski sudah sering dibahas, upaya reformasi pajak di AS selalu tersandung kepentingan politik dan ekonomi. Selama belum ada kesepakatan besar di tingkat nasional, sistem pajak Amerika tampaknya akan tetap jadi salah satu yang paling rumit di dunia.














