JAKARTA, Cobisnis.com – Harga emas melonjak menembus $4.000 per ounce untuk pertama kalinya pada Rabu (8/10), mencatat reli bersejarah di tengah kekhawatiran global atas ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, serta ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat.
Harga emas spot naik 1,4% menjadi $4.039,10 per ounce pada pukul 08.20 GMT, sementara kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember naik 1,4% ke $4.061,80.
Logam mulia lain juga ikut menguat perak naik 2% menjadi $48,76 per ounce, mendekati rekor tertingginya di $49,51.
Secara tradisional, emas dianggap sebagai aset lindung nilai saat ketidakstabilan ekonomi melanda. Hingga tahun ini, harga emas telah naik sekitar 54%, setelah menguat 27% sepanjang 2024, menjadikannya salah satu aset berkinerja terbaik tahun 2025, mengungguli pasar saham global dan bitcoin, serta menekan nilai dolar AS dan minyak mentah.
“Faktor latar belakangnya masih sama, yakni ketidakpastian geopolitik, ditambah dengan isu penutupan pemerintahan AS,” kata analis StoneX, Rhona O’Connell. “Meskipun pasar saham tetap kuat, investor tetap melakukan mitigasi risiko melalui emas.”
Krisis Global Picu Lonjakan Permintaan
Penutupan pemerintahan AS yang telah berlangsung selama delapan hari menyebabkan tertundanya publikasi data ekonomi penting, memaksa investor bergantung pada sumber non-pemerintah untuk memperkirakan arah kebijakan suku bunga. Pasar kini memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed berikutnya, dan pemotongan serupa pada Desember mendatang.
Selain itu, konflik di Timur Tengah, perang di Ukraina, serta ketegangan politik di Prancis dan Jepang turut mendorong investor memburu aset aman seperti emas.
Menurut analis logam mulia Michael Hsueh dari Deutsche Bank, peningkatan pembelian emas oleh exchange-traded funds (ETF) di negara maju untuk pertama kalinya dalam lima tahun juga memperkuat reli ini.
Para analis memperkirakan aliran dana ke ETF berbasis emas, pembelian oleh bank sentral, dan suku bunga AS yang lebih rendah akan terus menopang harga emas hingga 2026.
Hal ini mendorong Goldman Sachs dan UBS menaikkan proyeksi harga mereka.
“Kami sebenarnya memperkirakan harga emas menyentuh level $4.000 mendekati akhir tahun, namun arah pergerakannya tetap konsisten,” ujar Nitesh Shah, analis komoditas di WisdomTree, yang memproyeksikan harga mencapai $4.530 per ounce pada kuartal ketiga 2026.
Analis juga menyebut efek “fear of missing out” (FOMO) turut memicu reli besar ini.
“Satu-satunya hambatan potensial bagi emas adalah jika The Fed menjadi lebih hawkish. Namun sejauh ini, Presiden Trump menginginkan suku bunga AS lebih rendah dan itu meningkatkan daya tarik emas,” kata Giovanni Staunovo, analis UBS.
Momentum penguatan juga menjalar ke logam mulia lain: platinum naik 1,7% ke $1.646,19, dan palladium melonjak 4,1% ke $1.393,06.














