JAKARTA, Cobisnis.com – Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada 2026 melalui RAPBN senilai Rp3.842,7 triliun. Target ini dipatok di tengah tren perlambatan global yang diperkirakan menekan laju perdagangan dunia.
Konsumsi domestik dipandang sebagai pilar utama. Dengan kontribusi 55%–60% terhadap PDB, daya beli masyarakat menjadi penopang penting. Program sosial seperti makanan gratis, subsidi, dan bantuan tunai diyakini menjaga permintaan tetap kuat.
Selain itu, belanja pemerintah akan menjadi motor penggerak. RAPBN 2026 mengalokasikan anggaran besar untuk program sosial dan infrastruktur. Realisasi yang lancar dan tepat sasaran dinilai bisa menutup pelemahan ekspor.
Di sisi investasi, hilirisasi komoditas strategis menjadi andalan. Proyek nikel, tembaga, dan sektor terkait diharapkan menarik investasi asing langsung. Keberlanjutan regulasi menjadi kunci agar FDI terus masuk.
Namun, tren ekonomi global masih menantang. OECD memperkirakan pertumbuhan dunia melandai dari 3,3% di 2024 menjadi 2,9% di 2026. Pelemahan ini dapat mengurangi permintaan ekspor Indonesia, khususnya ke Tiongkok dan Eropa.
Inflasi juga menjadi risiko nyata. Lonjakan harga pangan global dan gejolak keuangan dapat mendorong Bank Indonesia mempertahankan suku bunga tinggi. Kondisi ini bisa menahan konsumsi rumah tangga dan investasi swasta.
Stabilitas rupiah perlu dijaga di tengah tekanan eksternal. Jika volatilitas pasar meningkat, arus modal keluar bisa menambah tekanan terhadap nilai tukar dan mempersempit ruang kebijakan moneter.
Keseimbangan fiskal menjadi tantangan berikutnya. Belanja sosial yang meningkat berisiko memperlebar defisit. Tanpa dukungan penerimaan pajak dan komoditas yang memadai, pembiayaan utang bisa menjadi beban tambahan.
Meski demikian, peluang untuk mencapai target pertumbuhan tetap terbuka. Kombinasi konsumsi domestik, belanja APBN, dan hilirisasi industri memberi bantalan kuat bagi ekonomi nasional.
Keberhasilan menjaga momentum sangat bergantung pada eksekusi kebijakan. Implementasi program sosial yang efektif, konsistensi regulasi, serta koordinasi fiskal-moneter akan menentukan arah pertumbuhan 2026.














