JAKARTA, Cobisnis.com – Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali mencetak rekor baru pada perdagangan Selasa, 23 September 2025. Harga emas 24 karat naik Rp41.000 per gram, sehingga kini berada di kisaran Rp2.164.000 per gram. Kenaikan ini menjadi catatan tertinggi sepanjang sejarah penjualan emas di Indonesia.
Lonjakan harga emas Antam terjadi seiring dengan pergerakan emas internasional yang menembus rekor USD3.759 per troy ounce. Kondisi pasar global yang diliputi ketidakpastian mendorong investor beralih ke aset safe haven, termasuk emas batangan. Akibatnya, harga di pasar domestik pun ikut terdongkrak.
Penguatan harga emas juga dipengaruhi oleh pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Melemahnya nilai tukar rupiah membuat harga emas dalam negeri lebih mahal, karena komoditas ini diperdagangkan menggunakan acuan harga global dalam dolar. Kombinasi faktor global dan domestik menjadikan harga Antam semakin melesat.
Kenaikan emas Antam turut mencerminkan besarnya minat masyarakat terhadap logam mulia sebagai instrumen investasi. Dalam situasi ketidakpastian ekonomi, emas dipandang sebagai pelindung nilai yang relatif stabil dibandingkan aset lain. Hal ini membuat permintaan emas tetap tinggi meskipun harga berada di level premium.
Di sisi ritel, harga perhiasan emas juga ikut bergerak naik. Perhiasan emas 24 karat di sejumlah gerai besar dibanderol sekitar Rp1.885.000 per gram. Meski lebih rendah dari emas batangan, kenaikan harga perhiasan menunjukkan daya beli konsumen masih terjaga di tengah tren kenaikan harga.
Para investor domestik kini dihadapkan pada dilema, antara menambah portofolio emas di harga tinggi atau menunggu potensi koreksi. Namun bagi mereka yang telah lama menyimpan emas, kenaikan harga saat ini menjadi keuntungan tersendiri karena nilai aset meningkat signifikan.
Dari sisi makroekonomi, tren lonjakan harga emas menandakan meningkatnya kekhawatiran terhadap stabilitas global. Ketika harga emas menanjak, pasar umumnya merespons risiko perlambatan ekonomi, gejolak geopolitik, maupun ancaman inflasi. Situasi ini membuat emas menjadi barometer ketidakpastian.
Analis memperkirakan harga emas Antam masih berpotensi naik jika Federal Reserve benar-benar memangkas suku bunga. Pemangkasan bunga akan menekan imbal hasil obligasi AS, sekaligus memperkuat daya tarik emas sebagai alternatif investasi jangka panjang.
Namun demikian, risiko koreksi tetap ada jika The Fed menahan kebijakan moneternya lebih lama. Kondisi ini bisa menahan laju harga emas, meskipun tren jangka panjangnya masih menunjukkan arah positif. Investor diimbau tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan pembelian.
Bagi masyarakat Indonesia, fenomena ini menjadi momentum penting untuk mempertimbangkan strategi investasi. Diversifikasi portofolio dengan memasukkan emas tetap relevan, terlebih dalam menghadapi gejolak ekonomi global yang sulit diprediksi. Emas Antam pun semakin meneguhkan diri sebagai instrumen investasi utama.














