JAKARTA, COBISNIS.COM – PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) terus memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam sektor logistik maritim di Indonesia, khususnya setelah merger yang terjadi pada tahun 2021.
Salah satu fokus utama perusahaan adalah meningkatkan efisiensi waktu singgah kapal (port stay), terutama untuk kapal kontainer yang terjadwal.
Arif Suhartono, Direktur Utama Pelindo, menjelaskan bahwa efisiensi ini menjadi modal penting bagi perusahaan yang berbasis layanan. Transformasi yang dilakukan mencakup infrastruktur, organisasi, dan sumber daya manusia.
Pelindo telah berhasil melakukan sejumlah perbaikan signifikan pasca merger, termasuk standarisasi proses berbasis perencanaan dan pengendalian (planning & control), pengembangan SDM, serta peningkatan infrastruktur.
Salah satu contohnya adalah produktivitas bongkar muat di Pelabuhan Sorong, yang meningkat dari 10 Box per Ship per Hour (BSH) menjadi rata-rata 25 BSH. Dengan standarisasi layanan peti kemas dan non-peti kemas, port stay di beberapa pelabuhan berhasil dipersingkat, mengurangi biaya logistik nasional. Sebagai contoh, waktu singgah kapal di Pelabuhan Sorong yang sebelumnya mencapai 72 jam kini dapat ditekan menjadi rata-rata 24 jam.
Arif menjelaskan bahwa mempersingkat port stay bukan hanya soal mempercepat proses bongkar muat, tetapi juga menjaga stabilitas logistik maritim. Kapal yang lebih cepat sandar dan berangkat akan memastikan kelancaran rantai pasok tanpa gangguan, yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi seluruh jaringan pelabuhan.
Pelindo juga telah menyelesaikan standarisasi operasi terminal peti kemas di 14 lokasi, terminal non-peti kemas di 30 lokasi, layanan marine di 42 lokasi, dan logistik di 3 lokasi. Selain itu, digitalisasi layanan pelabuhan juga telah diimplementasikan, termasuk layanan marine (Phinnisi) di 59 lokasi, layanan terminal peti kemas (TOS Nusantara) di 8 lokasi, dan layanan non-peti kemas (PTOS M) di 30 lokasi. Program transformasi ini akan terus berlanjut di seluruh pelabuhan Indonesia.
Pelindo menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, sejalan dengan peningkatan lalu lintas barang yang berdampak positif terhadap pendapatan perusahaan. Arif menyatakan bahwa meskipun volume barang sempat terdampak pandemi, Pelindo tetap mampu menjaga efisiensi operasional dengan mengendalikan biaya, yang berkontribusi pada peningkatan laba bersih.
Pelindo juga berupaya mendorong pengelolaan kawasan pelabuhan terintegrasi, seperti di Gresik dan Kijing, Kalimantan Barat, yang fokus pada industri berbasis minyak sawit dan alumina. Salah satu tantangan pasca merger adalah disparitas volume antar pelabuhan, yang diatasi dengan pengembangan infrastruktur dan penyamarataan standar operasi di seluruh pelabuhan. Mega Satria, Direktur Keuangan Pelindo, menambahkan bahwa penyamaan standar ini berdampak positif terhadap efisiensi dan pendapatan perusahaan.
Tiga tahun pasca merger, pada semester I tahun 2024, aset Pelindo meningkat sebesar 6 persen menjadi Rp 123,2 triliun, didorong oleh proyek strategis seperti Makassar New Port dan Bali Maritime Tourism Hub, serta pengoperasian Belawan New Container Terminal (BNCT) di Medan.