Jika calon korban tidak menyadari penipuan ini, para penjahat akan melancarkan aksi kejahatan berikutnya.
Fenomena pencantuman nomor palsu ini telah menimpa tujuh penginapan di Yogyakarta, menurut catatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gunungkidul. Nomor kontak penginapan tersebut diganti dengan nomor palsu di Google Maps, yang kemudian digunakan untuk menipu calon pelanggan.
Penipuan ini muncul melalui fitur “Suggest an edit” di Google Maps, yang memungkinkan siapa saja mengajukan perubahan pada informasi alamat atau kontak bisnis. Jika pengguna yang terhubung dengan akun Google mereka mengubah informasi tempat usahanya sendiri, perubahan akan diterapkan secara instan. Namun, jika pengguna lain mencoba mengubah informasi milik orang lain, perubahan tersebut harus melalui proses verifikasi.
Para penjahat memanfaatkan fitur ini dengan mencantumkan nomor WhatsApp palsu, lalu meminta calon korban untuk menghubungi nomor tersebut dan membayarkan uang muka ke rekening misterius. Uang tersebut diminta dengan dalih pembayaran jasa atau proses penyewaan, yang sebenarnya adalah penipuan.
Alfons Tanujaya, pakar keamanan siber dari Vaksin.com, menekankan bahwa fitur “Suggest an edit” sebenarnya tidak bermasalah jika dikelola dengan baik oleh pemilik bisnis. Menurutnya, pemilik bisnis perlu mengelola akun mereka secara rutin dan memastikan tidak ada perubahan informasi yang ilegal atau tidak sah di Google Maps.
Untuk menghindari penipuan, pelaku UMKM disarankan untuk memperbarui informasi kontak resmi secara berkala di media sosial dan platform lainnya. Jika kesulitan mengelola akun bisnis, mereka dapat bekerja sama dengan pihak ketiga yang memiliki kemampuan pengelolaan media sosial untuk memastikan informasi bisnis tetap aman.