JAKARTA, COBISNIS.COM – Masyarakat Indonesia mengikuti tradisi mudik lebaran dengan kembali ke kampung halaman untuk merayakan hari raya bersama keluarga, yang turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kementerian Perhubungan memperkirakan bahwa lebih dari 71,7% dari jumlah penduduk Indonesia, sekitar 193,7 juta jiwa, melakukan perjalanan mudik menjelang lebaran tahun ini.
Ini tentu akan menggerakkan ekonomi Indonesia, dengan proyeksi jumlah uang beredar selama periode mudik bisa mencapai Rp 130 triliun hingga Rp 140 triliun.
Bank Indonesia telah menyediakan uang tunai sebesar Rp 197,6 triliun untuk mengantisipasi kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran tahun ini, naik 4,65% dibandingkan tahun sebelumnya.
Momentum Ramadan dan Lebaran juga diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 5% hingga 5,1%.
Meski demikian, inflasi yang meningkat, terutama karena kenaikan harga pangan, dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Senior Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyatakan bahwa momentum mudik lebaran akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di kuartal II, jatuh pada April 2024.
Melihat laju konsumsi yang relatif rendah, efek momen Ramadan terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal I tidak begitu signifikan, tetapi dengan adanya mudik lebaran, pertumbuhan ekonomi di kuartal II akan terasa lebih kuat.
Dengan momen mudik lebaran, sektor konsumsi diharapkan meningkat, yang kemungkinan akan mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal II di atas 5%.
Selain itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan sejumlah ancaman global terhadap perekonomian Indonesia, termasuk kondisi geopolitik di Rusia dan Ukraina, serta konflik di Timur Tengah antara Israel dan Palestina.
Meski demikian, ia optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh, didukung oleh momentum Ramadan dan Lebaran 2024, serta gelaran pemilu 2024.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah mendesain kebijakan untuk membantu daya beli kelas menengah dan menurunkan inflasi pangan.