JAKARTA, Cobisnis.com – Jepang mendapati dirinya terjerumus ke dalam resesi tak terduga setelah pertumbuhan ekonominya menyusut selama dua kuartal berurutan. Situasi ini menyebabkan Jepang harus menyerahkan posisinya sebagai negara ekonomi terbesar ketiga di dunia kepada Jerman.
Menurut laporan BBC pada Kamis (15/2/2024), produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami kontraksi lebih buruk dari yang diperkirakan, mencapai 0,4 persen dalam tiga bulan terakhir tahun 2023 dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data dari Kantor Kabinet Jepang juga menunjukkan bahwa dampak resesi ini mungkin telah mengakibatkan Jepang kehilangan posisinya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia, digantikan oleh Jerman. Para ahli ekonomi menduga data terbaru menunjukkan pertumbuhan PDB Jepang lebih dari 1 persen pada kuartal keempat tahun sebelumnya.
Angka-angka terbaru ini merupakan pembacaan pertama pertumbuhan ekonomi Jepang untuk periode tersebut dan masih dapat mengalami revisi. Kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut umumnya dianggap sebagai resesi teknis.
Pada bulan Oktober, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperkirakan kemungkinan Jerman akan melampaui Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia jika diukur dalam dolar AS. IMF akan mengumumkan perubahan peringkat setelah Jepang dan Jerman merilis angka pertumbuhan ekonomi final mereka. IMF telah membandingkan data ekonomi sejak tahun 1980.
Ekonom Neil Newman menyampaikan kepada BBC bahwa data terbaru menunjukkan nilai ekonomi Jepang sekitar 4,2 triliun dolar AS pada tahun 2023, sementara Jerman memiliki nilai sekitar 4,4 triliun dolar AS. Hal ini disebabkan oleh pelemahan yen terhadap dolar AS, dan jika yen menguat kembali, Jepang berpotensi mendapatkan kembali posisi sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Dalam konferensi pers di Tokyo bulan ini, wakil kepala IMF Gita Gopinath juga menyoroti bahwa penurunan peringkat Jepang disebabkan oleh pelemahan yen sekitar 9 persen terhadap dolar AS tahun lalu. Meskipun demikian, pelemahan yen telah membantu meningkatkan harga saham beberapa perusahaan terbesar Jepang dengan membuat ekspor, seperti mobil, menjadi lebih terjangkau di pasar internasional.
Minggu ini, indeks saham utama Tokyo, Nikkei 225, mencapai level 38.000 untuk pertama kalinya sejak tahun 1990, yang menandai krisis ekonomi akibat jatuhnya harga properti. Rekor tertinggi Nikkei 225 sebesar 38.915,87 terjadi pada 29 Desember 1989.
Data PDB terbaru juga dapat mengakibatkan Bank of Japan menunda keputusan untuk menaikkan suku bunga. Bank sentral Jepang memperkenalkan suku bunga negatif pada tahun 2016 untuk mendorong belanja dan investasi. Kebijakan suku bunga negatif membuat yen menjadi kurang menarik bagi investor global, yang pada gilirannya menurunkan nilai mata uang Jepang.









