JAKARTA, Cobisnis.com – Pemerintah sedang mengakselerasi pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara di Penajam, Paser Utara, Kalimantan Timur. Seiring dengan perpindahan ibu kota, aktivitas perkantoran di Jakarta diprediksi akan mengalami penurunan.
Ketua Umum Asosiasi Realestat Indonesia (REI), Joko Suranto, menyatakan bahwa perpindahan ini akan menyebabkan kelebihan pasokan atau over supply, terutama pada unit properti perkantoran. Ia menambahkan bahwa properti yang ditinggalkan kemungkinan akan mengalami perubahan fungsi atau direvitalisasi agar bisa dimanfaatkan kembali.
Meskipun demikian, Joko Suranto tetap optimis bahwa Jakarta akan tetap menjadi pusat perputaran ekonomi Indonesia hingga 20 tahun ke depan. Menurutnya, Ibu Kota Nusantara memerlukan waktu untuk mengembangkan sektor ekonominya sendiri.
Menanggapi potensi perubahan harga properti di Jakarta, Joko menyatakan bahwa akan terjadi penyesuaian harga, terutama untuk jenis properti tertentu.
“Kita harapkan koreksinya (harga properti) misalnya high rise (gedung tinggi), perkantoran, sebab pertemuan-pertemuannya sudah pindah,” jelas Joko.
Tak hanya itu, Joko yakin bahwa pemerintah telah merencanakan alih fungsi gedung-gedung yang ditinggalkan untuk tetap menarik minat masyarakat. Dengan adanya alih fungsi menjadi perumahan atau area pertemuan lain, bangunan-bangunan tersebut tidak akan dibiarkan terbengkalai.
“Menteri keuangan akan melakukan optimalisasi atas aset-aset tersebut. Sehingga itu menjadi sumber ekonomi. Akan ada alih fungsi dan revitalisasi. Akan ada peningkatan supply juga. Perkantoran apabila sudah ditinggali. Masa nanti dibiarkan,” tegas Joko.









