Cobisnis.com – Awal pekan ini Unilever secara global mengumumkan akan menghilangkan istilah ‘normal’ dari semua kemasan dan iklan brand Beauty and Personal Care atau brand perawatan tubuh dan kecantikan.
Kebijakan ini merupakan bagian dari peluncuran visi dan strategi “Positive Beauty” (Cantik yang Positif) yang baru.
Visi “Positive Beauty” membawa komitmen brand perawatan tubuh dan kecantikan Unilever seperti Dove, Lifebuoy, Axe, Sunsilk, dan banyak lainnya untuk menciptakan standar baru bagi kecantikan yang setara, inklusif, serta berkelanjutan untuk kelangsungan planet bumi.
Melalui inovasi dan teknologi kelas dunia yang dimiliki Unilever, “Positive Beauty” juga akan bantu mendorong transformasi pada rancangan dan formulasi produk Unilever agar lebih bermanfaat bagi masyarakat dan planet, unggul, serta peka terhadap tren konsumen.
Keputusan untuk menghapus istilah ‘normal’ adalah salah satu dari banyak upaya yang dilakukan Unilever untuk mendobrak citra kecantikan yang sempit, sebagai upaya membantu mengakhiri diskriminasi dan mendukung terciptanya visi kecantikan yang lebih inklusif.
“Setiap harinya sebanyak satu miliar orang menggunakan produk kecantikan dan perawatan kami, jumlah orang yang melihat iklan kami bahkan lebih banyak lagi, sehingga brand kami memiliki kemampuan yang berarti untuk mendorong perubahan dalam keseharian masyarakat. Sebagai bagian dari upaya ini, kami berkomitmen untuk menghilangkan stereotip yang bisa membahayakan mengenai kecantikan, kami ingin menciptakan definisi cantik yang lebih luas dan lebih inklusif,” jelas Sunny Jain, President Beauty and Personal Care Unilever, dalam siaran pers, Rabu (10 Maret 2021).
Semangat ini timbul dari hasil studi global tentang pengalaman orang-orang di industri kecantikan, yang mengungkapkan bahwa penggunaan istilah ‘normal’ untuk mendeskripsikan rambut atau kulit ternyata membuat kebanyakan orang merasa dikucilkan.
Studi yang melibatkan 10.000 orang ini dilakukan oleh Unilever di sembilan negara.
Ditemukan bahwa:
• Lebih dari separuh (56%) responden berpendapat bahwa industri kecantikan dan perawatan tubuh dapat membuat orang merasa dikucilkan
• Mayoritas responden ingin melihat industri kecantikan dan perawatan tubuh lebih berfokus untuk membuat orang merasa lebih baik, daripada semata terlihat lebih baik (74%)
• Lebih dari separuh responden (52%) mengatakan bahwa mereka sekarang lebih memperhatikan sikap sebuah perusahaan terhadap masalah sosial sebelum membeli produknya
• Tujuh dari sepuluh orang setuju bahwa penggunaan istilah ‘normal’ pada kemasan produk dan iklan memiliki dampak negatif. Pada responden yang berusia lebih muda (usia 18-35 tahun) – jumlah mereka yang setuju dengan pendapat ini bahkan meningkat menjadi delapan dari sepuluh orang.
“Kami tahu bahwa menghapus istilah ‘normal’ dari produk dan kemasan kami tidak serta-merta menyelesaikan masalah, tetapi ini merupakan langkah penting dalam mendorong kemajuan. Ini hanyalah salah satu dari berbagai upaya kami mewujudkan visi ‘Cantik yang Positif’, yang kami yakin akan membawa lebih banyak manfaat bagi masyarakat dan planet ini,” ujar Sunny.
Sekain itu, saat ini banyak konsumen menghargai brand-brand yang mengambil peran nyata untuk membantu mengatasi isu sosial dan lingkungan yang sejalan dengan kepedulian mereka.
“Kami percaya bahwa dengan ‘Positive Beauty’, bisnis kami akan semakin kuat dan baik,” ujarnya.