Cobisnis.com – PLN siap menjalankan kebijakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, untuk terus melakukan transisi energi dengan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). PLN melalui kebijakan transformasi melakukan pembangunan infrastruktur pembangkit EBT baru sekaligus inovasi dengan mendorong pemanfaatan EBT pada pembangkit eksisting.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan Co-Firing PLTU yang ada menggunakan biomassa, seperti yang dilakukan di PLTU Suralaya. Co-firing PLTU batubara dengan bahan bakar biomassa adalah upaya alternatif mengurangi pemakaian batubara dengan mengganti sebagian batubara dengan bahan bakar biomassa dengan tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai kebutuhan.
“Program co-firing PLTU dengan biomassa ini merupakan langkah nyata PLN untuk mendorong peningkatan EBT pada bauran energi nasional,” kata Wakil Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, dalam siaran pers, Senin (4 Januari 2020).
Khusus di PLTU Suralaya, Co-Firing akan dilakukan secara bertahap, mulai dari penggunaan lima persen biomassa, hingga rencana jangka panjang nantinya PLTU Suralaya diharapkan bisa penuh menggunakan biomassa.
Selain di PLTU Suralaya, Co-Firing juga telah dilakukan uji coba di beberapa PLTU antara lain: PLTU Jeranjang (2×25 MW) dengan pelet sampah, PLTU Paiton (2×400 MW) pelet kayu, PLTU Rembang (2×325 MW) pelet kayu, PLTU Indramayu (3x330MW) pelet kayu, PTLU Tenayan (2×110 MW) dengan cangkang kelapa sawit, PLTU Ketapang (2×10 MW) dengan cangkang kelapa sawit, PLTU Sanggau (2×7 MW) dengan cangkang kelapa sawit, juga PLTU Belitung (2×16,5 MW) dengan cangkang kelapa sawit.
Secara keseluruhan terdapat 114 unit PLTU milik PLN yang berpotensi dapat dilakukan co-firing biomassa. Pembangkit tersebut tersebar di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.154 megawatt (MW). Harapannya, Co-Firing dapat meningkatkan bauran EBT secara nasional.
Semua upaya PLN ini menunjukkan langkah positif dalam dunia pergaulan internasional.
“Itulah bagian dari komitmen dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan CO2. Negara kita punya target bauran energi 23 persen di tahun 2025. Ini menjadi komitmen nasional ke dunia yang harus kita capai,” kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif.
Meski mendorong penggunaan EBT, Arifin mengungkapkan penggunaan batubara tidak serta merta hilang dari bauran energi nasional.
“Batubara adalah simpanan kita di saat energi fossil lain habis. Ke depannya batubara tetap dipakai, hanya di mulut tambang. Jadi memang dalam proses perencanaan energi perlu melihat aspek yang lain,” jelas Arifin.