Cobisnis.com – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menegaskan komitmen untuk menjaga pertumbuhan kredit hingga akhir tahun berada di kisaran 2-4% year on year (yoy). Kredit korporasi BNI akan difokuskan pada sektor yang relatif tidak terdampak pandemi dan memiliki kontribusi positif, termasuk yang berorientasi ekspor dan padat karya.
“Porsi kredit korporasi BNI sendiri adalah sebesar 53% terhadap total kredit keseluruhan. Ke depannya, BNI akan menargetkan korporasi top tier,” demikian penjelasan Direktur Corporate Banking BNI Silvano Rumantir dalam siaran pers, Selasa (8 Desember 2020).
Selama pandemi, kata Silvano, hampir seluruh sektor ekonomi terdampak, baik secara langsung atau tidak. Meski demikian, BNI tetap optimis dan berpotensi tumbuh di tengah risiko tekanan dan kontraksi ekonomi. Segmen korporasi BNI diperkirakan tumbuh 4-5% untuk kredit modal kerja dan investasi.
“Sementara untuk kredit sindikasi, kontribusinya terhadap portofolio sampai Oktober lalu adalah 17% dari keseluruhan kredit korporasi. Di tengah pandemi BNI optimis hingga akhir tahun kontribusi sindikasi bisa sama dengan tahun lalu yaitu sebesar 20%,” ujar Silvano.
Tahun ini BNI juga telah menyalurkan kredit pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk korporasi sebesar Rp 3,7 triliun atau 15% dari total kredit yang disalurkan. Adapun untuk tahun ini, beberapa sektor korporasi masih relatif baik di tengah pandemi seperti komoditas pertambangan, sektor makanan dan minuman.
“Barang-barang yang affordable di market dan dikonsumsi khalayak. Food and beverage dan consumer, pertambangan, komoditas yang kami lihat demand-nya cukup sehat,” katanya.
Selain itu, Silvano menyebut kolaborasi yang apik antara kebijakan pemerintah, OJK, dan Bank Indonesia (BI) membuat harapan ekonomi tumbuh di 2021 semakin besar. Tahun depan, kata dia, BNI akan fokus pada sektor-sektor yang akan mengalami pemulihan.
Menurut Silvano, sektor pertanian, informasi, komunikasi, jasa, kesehatan, kegiatan sosial dan jasa pendidikan sudah menunjukan pemulihan di kuartal III-2020. Selain itu, sektor perdagangan, transportasi, pergudangan, makanan dan minuman juga diperkirakan akan pulih lebih cepat seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan adanya vaksin.
“Dengan begitu, juga dengan sektor-sektor yang lain seperti pengolahan, manufaktur, kalau background tadi bisa terjadi, sektor yang tadi bisa bergerak bertumbuh sesuai dengan permintaan masyarakat,” katanya.
Indonesia masih memiliki potensi besar dengan berbagai sektor unggulan yang tidak dimiliki negara lain. Namun, Silvano mengingatkan butuh kolaborasi untuk mengoptimalkan semua potensi tersebut. Ketika krisis berakhir segmen korporasi bisa pulih lebih cepat karena multiplier effectnya sangat besar.
“Perbaikan sektor korporasi akan berpengaruh ke segmen lainnya, bukan cuma sesama korporasi tetapi segmen consumer dan ritel,” katanya.
Kebijakan regulator BI dan OJK sepanjang pandemi Covid-19 juga sangat membantu seperti perpanjangan insentif restrukturisasi kredit yang dilakukan. Menurut Silvano, semua itu menjadi stimulus menjaga kualitas aset dan kestabilan rasio keuangan.
“Stimulus ini membantu perekonomian. Debitur mendapatkan tambahan waktu untuk pulih,” kata Silvano.