Cobisnis.com – Maskapai penerbangan yang beroperasi di wilayah Asia-Pasifik dapat dipastikan akan kehilangan penghasilan secara gabungan sebesar $27,8 miliar. Hal tersebut diuraikan melalui Asosiasi Transportasi Udara International (IATA).
Perkiraan tersebut berdasarkan proyeksi yang mengalami penurunan sebesar 13 persen atas permintaan penumpang selama setahun penuh. Data penurunan itu didapati dibagian besar negara China khususnya, dalam sebuah rilis yang diterima CNA.
“Ini akan menjadi tahun yang sangat sulit bagi maskapai penerbangan,” kata CEO IATA Alexandre de Juniac dalam sebuah pernyataannya. “Menghentikan penyebaran virus adalah prioritas utama,” tambahnya.
IATA mengatakan perkiraannya berasumsi, COVID-19 berperilaku seperti wabah SARS yang hampir memakan waktu dua dekade, yang ditandai oleh periode enam bulan dengan penurunan tajam diikuti pemulihan yang sama cepatnya.
“Ini akan menjadi yang pertama sejak krisis keuangan 2008-2009 yang permintaan dimana perjalanan udara telah menurun”, tegas De Juniac.
Menurut IATA, maskapai penerbangan di pasar domestik Cina saja diperkirakan kehilangan sekitar US $12,8 miliar dalam pendapatan. Ditambah operator di luar kawasan Asia-Pasifik terlihat menderita kerugian US $1,5 miliar. Hal ini membawa pendapatan maskapai di seluruh dunia yang hilang karena virus menjadi US $29,3 miliar.
IATA memperingatkan, jika virus menyebar lebih luas ke pasar Asia-Pasifik maka dampak pada maskapai dari daerah lain akan lebih besar.
Sebelumnya, IATA memperkirakan, maskapai penerbangan Asia-Pasifik akan mencatat pertumbuhan 4,8 persen tahun 2020 ini, tetapi mereka sekarang berada di jalur yang tepat untuk kontraksi sekitar 8,2 persen.