Cobisnis.com – Perusahaan kendaraan listrik (EV) Amerika dan energi bersih, Tesla (NASDAQ: TSLA), hampir mencapai kesepakatan untuk membangun pabrik baterai di Indonesia. Untuk merealisasikan rencana tersebut, Presiden Joko Widodo akan mengirimkan tim untuk menemui pimpinan perusahaan pada pekan depan.
Seperti diberitakan, perusahaan yang dipimpin oleh Elon Musk itu tertarik untuk mendirikan pabrik baterai baru di Indonesia. Untuk diketahui, pabrikan tersebut berupaya mendapatkan lebih banyak pasokan nikel untuk mendukung produksi mobil listrik. Saat ini, perusahaan yang membeli pasokan baterai dari Panasonic dan CATL sedang berusaha memiliki produsen baterai sendiri.
Oktober lalu, Menteri Senior Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengaku sudah dihubungi Tesla terkait rencana tersebut.
“Saya baru menelpon Tesla di Amerika, mereka juga tertarik untuk membangun baterai lithium di Indonesia, karena mereka melihat Indonesia memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia,” jelasnya dilansir TheinsiderStories, Senin (16/11/2020).
Produsen tersebut, lanjutnya, sedang mencari pembangunan pabrik bahan baku baterai lithium di kawasan Indonesian Morowali Industrial Park (IMIP) yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah. Tahun lalu, kawasan industri itu mengumpulkan investasi USD5 miliar.
Kawasan tersebut memiliki produksi besi pig nikel berkapasitas dua juta ton dan baja tahan karat 3,5 juta ton. Dengan pembangunan pabrik baru baterai lithium, Indonesia diharapkan bisa memangkas lebih banyak impor demi mengurangi defisit transaksi berjalan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, menilai tindakan tersebut penting untuk membuat Indonesia lebih merdeka.
Luhut menjelaskan, Tesla merupakan salah satu dari beberapa perusahaan yang ingin membangun fasilitas manufaktur baterai di Indonesia. CATL (Contemporary Amperex Technology), produsen baterai terbesar untuk kendaraan listrik di China, tampaknya sedang dalam tahap paling maju dari proyek tersebut, tetapi LG dan Tesla juga terlibat, kata menteri tersebut.
“CATL yang masuk ke Morowali, lalu itu dan LG adalah pemain utamanya. Tesla juga bergabung, tapi seberapa banyak, saya tidak tahu. Saya tidak tahu tentang peran Tesla, karena konsorsium mereka yang mengaturnya,” ungkap Menko Maritim dan Investasi.
Asalkan, dilanjutkan Luhut, fasilitas tersebut benar-benar rusak, pabrik bahan baku baterai lithium Tesla di Indonesia dilaporkan akan selesai dalam waktu sekitar tiga tahun. “Mungkin (jika selesai) dalam tiga tahun ke depan. Baterai saya dalam tiga tahun ke depan akan menjadi lebih baik, mungkin lebih cepat. Saya kira pasti yang terbesar karena kita semua, dan biaya kita lebih murah karena biayanya,” ujarnya.
Pabrik serupa, kata dia, sedang dinegosiasikan untuk dibangun di Karawang, Purwakarta, dan Bekasi, Jawa Barat. Investasi tersebut bisa mendekatkan produk tersebut ke Hyundai Motor Corp., pabrik mobil listrik.
Luhut mengungkapkan, pemerintah sudah bersiap menyambut kedatangan perusahaan aki besar-besaran, termasuk produsen mobil listrik yang berbasis di Silicon Valley. Hal ini sejalan dengan rencana kementerian perindustrian untuk membawa investasi di sektor otomotif sekitar Rp100 triliun (USD7,14 miliar). Target tersebut rencananya akan tercapai dalam lima tahun ke depan.
Menurut dia, sejumlah investor baru sudah tertarik untuk terjun di bidang komponen pendukung EV, seperti baterai. Namun, detail investasinya belum bisa disampaikan karena masih dalam proses pembahasan dengan pihak terkait.
Saat ini, terdapat dua pabrik besar yang siap berinvestasi kendaraan listrik di Indonesia, yakni Hyundai dan Toyota. Total investasi mencapai Rp50 triliun untuk lima tahun ke depan. Bagi Toyota, nilai investasinya mencapai USD2 miliar selama empat tahun ke depan.