JAKARTA, Cobisnis.com – Dengan kebutuhan listrik Indonesia yang naik 4% per tahun, pemodelan sistem energi dari Wärtsilä menunjukkan bahwa sistem energi terbarukan dapat menjawab tantangan tersebut tanpa menambah biaya produksi listrik. Wärtsilä pun optimis transisi Indonesia menuju netralitas karbon pada 2060 berjalan lancar.
Secara khusus, ketika menghitung perkiraan nilai ekonomi karbon (carbon pricing) dari Badan Energi Internasional (IEA) , studi terkait menunjukkan biaya listrik rata-rata dalam skenario ‘Netralitas Karbon’ lebih rendah 23% dibanding skenario ‘Business As Usual’ dari pemodelan yang tidak membatasi emisi.
Secara keseluruhan, Wärtsilä menyusun empat skenario terhadap transisi energi di Indonesia pada tahun 2060. Pertama, skenario ‘Business As Usual’ yang tidak memiliki batasan emisi. Di sini, Pulau Sulawesi akan melepaskan 12,5 juta ton emisi CO2 pada tahun 2060 yang membuat target netralitas karbon semakin sulit dicapai.
Selanjutnya, ada skenario ‘Pengurangan Emisi 50%’ dan ‘Pengurangan Emisi 80%’ yang mampu mencapai pengurangan emisi masing-masing sebesar 50% dan 80% pada tahun 2060 jika dibandingkan dengan skenario ‘Business As Usual’.
Adapun yang terakhir adalah skenario ‘Netralitas Karbon’, yakni sistem energi yang diproyeksikan beroperasi dengan netralitas karbon pada tahun 2060.
Keempat skenario yang dirancang Wärtsilä menggarisbawahi bahwa teknologi fleksibilitas, dalam hal ini meliputi penyimpanan energi dan mesin penyeimbang, adalah inovasi penting untuk membuat energi terbarukan menjadi sumber energi yang dominan.
Sementara untuk mencapai netralitas karbon di Pulau Sulawesi pada tahun 2060, diperlukan penyeimbangan jaringan listrik oleh fleksibilitas mesin-mesin berdaya 800 MW pada tahun 2030 dan penyimpanan energi sebesar 800 MW pada tahun 2035.
Angka ini 63% lebih tinggi dari mesin baru berkapasitas 490 MW yang dialokasikan ke Pulau Sulawesi sebagai bagian dari Rencana Upaya Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) nasional pada tahun 2030.
“Dekarbonisasi adalah proses bertahun-tahun yang menuntut perencanaan matang, namun target Indonesia menuju ekonomi netralitas karbon dapat dilakukan jika sektor energi sigap mengambil tindakan yang diperlukan saat ini dan beberapa dekade mendatang untuk mewujudkan masa depan netralitas karbon pada tahun 2060,” kata Febron Siregar, Direktur Sales, Indonesia, Wärtsilä Energy.